JAKARTA, KOMPAS.com – Penurunan jumlah penjualan di sektor properti masih berlangsung hingga tahun ini. Bahkan, diprediksi tren ini terus berlanjut sampai tahun depan.
Penurunan yang sudah terjadi dalam beberapa tahun belakangan dan mulai terasa dari tahun 2015 itu berlaku untuk penjualan rumah tapak dan apartemen, terutama yang bekas atau seken.
“Perlambatan terjadi sejak 2015 dan masih terus turun sampai 2019, ini untuk rumah tapak dan apartemen secondary atau bekas. Ada kenaikan, tapi pelan,” ujar Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (Idea) Ignatius Untung saat jumpa pers Idea Works, Kamis (8/11/2018) di Jakarta.
Meski demikian, dia tidak menyebutkan angka penurunan transaksi itu. Kecenderungan perlambatan tersebut diprediksi berlangsung hingga tahun depan karena menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Menurut Untung, ada tiga pengaruh dari perhelatan akbar di Indonesia itu. Pertama, masyarakat masih menunggu calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan terpilih nanti.
Sebab, keterpilihan capres dan cawapres itu akan menentukan kebijakan yang dikeluarkan terkait pembangunan di sektor properti dan infrastruktur.
“Orang akan menunggu siapa yang terpilih, apakah pembangunan infrastruktur jalan terus atau enggak,” ucap Untung.
Hal kedua yang memengaruhi adalah hasil dari Pilpres 2019 akan menimbulkan kontroversi atau tidak yang berakibat pada keriuhan suasana politik di Tanah Air.
Sebab, kondisi itu juga akan berdampak pada hal ketiga, yaitu kebijakan perkonomian yang dikeluarkan, misalnya tingkat suku bunga bank, serta terkait kredit pemilikan rumah dan apartemen.
“Kedua, hasil pilpres itu ramai atau enggak. Kalau ribut, bunga bank seperti apa, KPR bagaimana, dan lain-lain. Ketiga yakni menyangkut policy yang membuat ekonomi berkembang,” jelasnya.
https://properti.kompas.com/read/2018/11/08/144534221/jelang-pilpres-2019-penjualan-properti-diprediksi-melambat