JAKARTA, KOMPAS.com - Peminat rumah susun sederhana milik (rusunami) pada program hunian DP Rp 0 yang digagas Pemprov DKI akan dikenakan bunga 2,5 persen bila memanfaatkan fasilitas pinjaman uang muka atau down payment (DP).
Kepala Unit Pengelola Teknis (UPT) Fasilitas Pemilik Rumah Sejahtera Dzikran Kurniawan mengatakan, besaran uang muka yang dipinjamkan maksimum 20 persen dari harga hunian.
Misalnya, bila masyarakat berminat mengambil tipe studio seharga Rp 184.800.000, maka pinjaman uang muka yang diberikan maksimal sebesar Rp 36.960.000.
Sementara, untuk tipe terbesar yaitu tipe 36 dengan dua kamar tidur, akan diberikan pinjaman maksimum Rp 68.340.800.
Meski dikenakan bunga, Dzikran meyakini, program ini jauh lebih terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) bila dibandingkan dengan program rumah murah lainnya.
Termasuk program yang digagas oleh Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) sekalipun.
"Silahkan bandingkan ke pusat, kami tidak mau nanti dikira ini (membanding-bandingkan)," kata Dzikran kepada Kompas.com, Selasa (6/11/2018).
Untuk program serupa yang digagas pemerintah pusat, ada kewajiban bagi masyarakat untuk menyerahkan uang muka sebesar 1 persen dari harga hunian.
Menurut dia, tidak banyak MBR yang memiliki kemampuan untuk mengumpulkan uang muka tersebut. Sering kali uang yang telah terkumpul justru digunakan untuk keperluan lain yang lebih mendesak.
Pada akhirnya, mereka pun terpaksa meminjam uang kepada pihak lain, seperti koperasi, pegadaian, atau keluarga, yang justru akan memberatkan mereka.
"Ini yang banyak terjadi. Pada akhirnya tidak menyelesaikan masalah," kata dia.
"Bisa akses KPR, tapi punya pinjaman yang jauh lebih mahal. Nah ini yang kita analisis kalau mereka mencicil (uang muka) bulanan mereka mampu," imbuh mantan fungsional utama di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Di samping itu, Dzikran menambahkan, dari segi cicilan juga relatif terjangkau. Sebagai contoh, untuk hunian dengan harga termurah, cicilannya hanya Rp 1,17 juta per bulan selama 20 tahun.
Sementara, cicilan untuk hunian termahal yaitu Rp 3,54 juta untuk tenor 10 tahun.
"Di situ cicilan terendahnya Rp 1,1 juta, kalau direlaksasi oleh bank 40 persen, berarti orang yang berpenghasilan Rp 2,9 juta bisa ambil program ini. Berarti kami bisa membantu masyarakat yang tidak bisa akses (perbankan)," kata Dzikran.
"Problem perumahan kan di situ. Coba dicari mana bank yang mau terima orang berpenghasilan Rp 3 juta untuk DP KPR? Itu lho. Jadi di situ kita keberpihakkan kami," imbuh mantan Direktur Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan itu.
Sebagai informasi, pada April 2017 lalu Presiden Joko Widodo meluncurkan proyek PP Urban Town@Serpong. Proyek ini merupakan proyek rusunami subsidi yang dapat ditebus dengan DP 1 persen.
Berdiri di atas lahan seluas 8,5 hektar, kompleks ini akan dibangun dengan konsep superblok yang terdiri atas 11 menara dengan kapasitas 6.000 unit.
Setiap unit memiliki luas 30 meter persegi yang terdiri atas 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur dan ruang keluarga. Harga yang dibanderol untuk rusunami ini adalah Rp 294 juta atau Rp 8,4 juta per meter persegi.
Dengan ketentuan DP 1 persen, maka peminat diwajibkan menyetor uang Rp 2,9 juta. Sementara cicilannya sekitar Rp 1,2 juta per bulan.
https://properti.kompas.com/read/2018/11/06/161810521/dki-klaim-cicilan-dp-0-rupiah-lebih-murah-dari-program-jokowi