TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Bintaro Design District 2018 secara resmi dibuka untuk publik, Kamis (11/10/2018). Ini merupakan pameran arsitektur pertama yang diselenggarakan di kawasan ini.
Ada 72 arsitek yang ikut dalam ajang ini yang menampilkan lebih dari 300 karya arsitektur mereka. Tak hanya di satu tempat, lokasi pameran tersebar di 42 titik yang ada di kawasan Bintaro.
Mengusung tema 'Permeable Society', keempat kurator yang juga menjadi pencetus terciptanya kegiatan ini, ingin memberikan pengalaman berbeda kepada setiap pengunjung yang datang.
"Kami berharap pengunjung yang akan ke sini itu bukan datang ke satu tempat tapi keliling ke beberapa tempat lain sambil melihat Bintaro itu seperti apa," kata Danny Wicaksono dari Studio Dasar, Kamis (11/10/2018).
Dipilihnya Bintaro sebagai lokasi penyelenggaraan bukanlah tanpa alasan. Selain karena para pencetus yang memang tinggal di kawasan tersebut, Bintaro dianggap memiliki karakteristik yang unik.
Keunikan itu terlihat tidak adanya batas antara pemukiman warga yang tinggal di kompleks elit dengan warga yang tinggal di pemukiman biasa.
Berbeda dengan kawasan lain dimana banyak pengelola kompleks elit yang membangun tembok tinggi sebagai pembatas dengan pemukiman umum.
"Waktu kita cari tema itu, inginnya kayak Bintaro. Karena itu permeable, dan itu karakter kawasan Bintaro," kata Budi Pradono.
Pameran ini rencananya akan diselenggarakan hingga 20 Oktober 2018.
Berikut beberapa karya arsitek yang dipamerkan pada ajang tersebut:
1. Gereja Kathedral Agats oleh d'associates
Untuk mengoptimalkan apa yang sudah ada, beberapa poin pondasi yang sudah dibangun menjadi pertimbangan dalam menempatkan serta mengubah massa.
Tipologi rumah Yahudi yang menjadi rumah adat Suku Asmat juga diadopsi dalam membentuk dan menyusun massa.
Komposisi massa dibagi menjadi tiga, yaitu massa berukuran besar dan dua berukuran kecil yang berada di kedua sisi.
Rumah panggung melayang dengan atap pelana menjadi komposisi massa besar. Komposisi ini sekaligus menjadi area utama kathedral dan dapat menampung jemaat hingga 590 orang.
Ada juga tunstile yang dibuka pada kedua sisi gereja, sehingga dapat menambah jumlah jemaat yang dapat ditampung menjadi 1.200 orang.
Komposisi massa kecil ini akan menjadi area fasilitas tambahan yang berisi ruang sakristi dan kapel pada sisi kanan gerjea, serta toilet dan ruang pengakuan pada sisi kiri gereja.
2. Masterplan Kampus Baru UKI oleh sigit.kusumawijaya
Jakarta masih membutuhkan banyak ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai kawasan interaksi sosial maupun ekologi.
Proyek revitalisasi Kampus UKI di Cawang, tak hanya memiliki visi untuk mengubah citra kampus, tetapi juga berfungsi sebagai ruang sosial dan berkontribusi menyediakan ruang terbuka hijau bagi kota ini.
Fitur desain yang ramah lingkungan dan berkelanjutan diwujudkan dalam penyediaan ruang biru dan hijau. Seperti sistem pengelolaan air hujan, nol limpasan, kolam retensi, serta penyediaan pertanian di tengah kota.
3. ZIRUP_PROJECT oleh WAR ARCHITECT
Layaknya sebuah tangan yang memiliki jari-jari untuk menambahkan, proyek ZIRUP memiliki prinsip struktur reguler yang melekat padanya.
Bangunan proyek ini memiliki empat 'pergeseran' lantai berbentuk zigzag, sehingga memberikan kesan memotong antara bangunan depan dan belakang. Sementara pada saat yang sama, seluruh bangunan masih terhubung pada bagian belakangnya dengan sebuah tangga.
Bagian fasad memberikan efek zigzag. Membuat tumpukkan pelat lantai naik bak sebuah menara kecil.
Dengan membuat dinding bagian depan sedikit menjorok ke luar, sehingga secara tidak langsung juga dapat berfungsi sebagai balkon.
Proyek ZIRUP tak hanya memaksimalkan arah pandang secara vertikal dari sisi estetika, tetapi juga dari sisi persepsi interior bangunan.
https://properti.kompas.com/read/2018/10/11/204802121/ini-karya-karya-arsitektur-bintaro-design-district-2018