Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gempa di Palu Luluhlantakkan Bangunan Ikonik

Bencana alam itu mengakibatkan ratusan korban jiwa dan ribuan korban luka. Selain itu, puluhan ribu bangunan yang terdiri dari rumah, fasilitas umum dan sosial, bangunan komersial, dan infrastruktur mengalami kerusakan parah.

Hingga Rabu (3/10/2018), data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, rumah yang rusak mencapai 2.790 unit.

Mengenai lokasinya, sebanyak 1.747 rumah berada di Perumnas Balaroa, 744 rumah di Petobo.

Selebihnya, di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, BNPB mencatat ada 185 rumah rusak berat, 22 rumah rusak sedang, dan 92 rumah rusak ringan.

“Tidak kurang dari 1.747 rumah di Perumnas Balaroa yang rusak. Lalu di Petobo yang terkena likuifaksi ada 744 rumah," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada Kompas TV, Senin (1/10/2018).

Parahnya kerusakan rumah di Perumnas Balaroa dan Petobo ini ditengarai karena lokasinya dekat dengan sesar Palu Koro. Pergerakan di sesar inilah yang menyebabkan gempa bumi dan tsunami terjadi.

Sesar tersebut merupakan patahan yang membelah Pulau Sulawesi menjadi dua, mulai dari batas perairan Laut Sulawesi dengan Selat Makassar hingga ke Teluk Bone.

Keaktifan pergerakan sesar ini tercatat mencapai 35 sampai 44 milimeter per tahun.

Di samping perumahan, sejumlah bangunan yang menjadi ikon Kota Palu juga ikut rusak berantakan. Salah satunya yaitu Masjid Arkham Babu Rahman atau Masjid Terapung yang berada di sekitar Pantai Talise.

Foto kerusakan masjid terkenal itu sempat beredar di media sosial. Tidak hanya itu, pohon-pohon yang bertumbangan di sekitar area masjid dan barang-barang yang tersapu oleh gelombang tsunami ke sekitar perairan juga terlihat dalam video amatir yang ditayangkan Kompas TV.

Kemudian, turut hancur pula berbagai fasilitas komersial di Kota Palu, misalnya hotel-hotel yang berlokasi di pusat kota.

Dalam pantauan Kompas.com pada Minggu (30/9/2018), dua hotel yang rusak yaitu Hotel Sya Regency di Jalan Sisingamangaraja, Besusu Timur, Palu Timur; dan Hotel Sutan Raja di Jalan DR Abdurrahman Saleh, Birobuli Utara, Palu Selatan.

Kondisi atapnya terlihat miring, plafon menganga, kaca pecah berserakan, dan struktur bangunan juga miring. Gempa tersebut pun mengakibatkan semua kegiatan operasional hotel berhenti.

Selain bangunan, infrastruktur di Palu juga ikut luluh lantak sebagai dampak bencana dahsyat itu. Jembatan Palu IV, atau dikenal sebagai Jembatan Ponulele oleh warga Palu dan sekitarnya, ikut ambruk.

Jembatan yang juga sering disebut Jembatan Kuning karena terdapat lengkung berwarna kuning di sisinya itu terbentang sepanjang 250 meter.

Fungsinya menghubungkan dua kecamatan, yaitu Kecamatan Palu Timur dan Kecamatan Palu Barat.

Beton dan aspal yang menjadi bagian konstruksi jembatan itu ambruk setelah diguncang gempa bermagnitudo 7,4.

"Jembatan ini sebelumnya sebagai ikon Kota Palu. Kondisinya hancur. Pasca-gempa dan tsunami menerjang pantai sekitarnya, permukiman di bawahnya hancur dan terbawa tsunami," tulis Sutopo dalam akun Twitter-nya.

Tidak cuma itu, padamnya listrik di Donggala mengakibatkan jaringan komunikasi di wilayah tersebut dan sekitarnya tidak bisa beroperasi karena putusnya suplai listrik PLN.

Tercatat 276 base station tidak bisa digunakan. Perusahaan telekomunikasi pun berusaha memulihkan pasokan listrik secara darurat.

Sementara Kemenkominfo melakukan sejumlah langkah penanganan untuk menormalkan jaringan komunikasi yang putus.

https://properti.kompas.com/read/2018/10/06/211005221/gempa-di-palu-luluhlantakkan-bangunan-ikonik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke