JAKARTA, KOMPAS.com - Proses evakuasi dan pembersihan puing-puing bangunan terus dilakukan selama masa tanggap bencana pasca-musibah gempa bumi yang meluluhlantakkan wilayah Palu dan sekitarnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, tak kurang dari 2.790 rumah rusak akibat musibah tersebut. Ini masih data sementara yang dikumpulkan BNPB hingga Senin (1/10/2018) pukul 13.00 WIB.
Berdasarkan sebarannya, jumlah rumah yang rusak paling banyak berada di kawasan Perumnas Balaroa, Kecamatan Palu Barat, sebanyak 1.747 rumah.
Sementara di Petobo, Kecamatan Palu Selatan, tak kurang dari 744 rumah rusak.
"Di Perumnas Balaroa itu rumah ambles, ada yang mengalami penurunan dan kenaikan. Saat turun ambles lima meter, tapi ada juga jalan yang naik setinggi rumah. Nah, ini kami belum tahu kondisinya," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, seperti dikutip dari Kompas TV.
Sementara itu, kerusakan di Petobo disebabkan rumah-rumah tersebut tertimbun lumpur hitam. Peristiwa itu disebut sebagai likuifaksi.
Kerusakan di dua wilayah ini cukup parah lantaran berada di dekat sesar Palu Koro. Saat gempa, terjadi mekanisme naik turun sehingga sebagian rumah yang tadinya berada di permukaan tanah tiba-tiba ambles.
Adapun kerusakan lainnya juga dialami di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. BNPB mengidentifikasi tak kurang dari 185 rumah rusak berat, 22 rumah rusak sedang, dan 92 rumah rusak ringan.
"Kerusakan terdapat di Kecamatan Sarjo, Sarude, Bambaira, Bambalamotu, Pedongga, dan Pasangkayu," kata dia.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, saat ini ekskavator telah diturunkan ke Perumnas Balaroa untuk membersihkan puing-puing rumah sekaligus mencari korban.
Tak hanya itu, ekskavator juga dikerahkan untuk membersihkan puing-puing bangunan yang hancur di Kota Palu.
"Kami terus membersihkan puing-puing material bangunan dan membersihkan kota. Dalam waktu dua minggu, Kota Palu sudah bersih," ucap Basuki.
Sekadar informasi, bencana gempa bumi dan tsunami di sana mengakibatkan 844 orang meninggal dunia.
Rinciannya, 821 orang di antaranya berada di Kota Palu, di mana 744 di antaranya telah teridentifikasi, 11 orang di Kabupaten Donggala, dan 12 orang di Kabupaten Moutong.
Korban meninggal dunia diakibatkan tertimpa reruntuhan bangunan akibat. Saat ini, sebagian telah mulai dimakamkan secara massal.
Sementara itu, jumlah korban hilang mencapai 90 orang dan yang mengalami luka berat 632 orang dan kini tengah dirawat di rumah sakit.
Adapun jumlah pengungsi mencapai 48.025 jiwa yang tersebar di 103 titik.
BNPB dan sejumlah kementerian terkait terus melakukan kegiatan tanggap darurat dengan enam prioritas, yaitu melanjutkan proses evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban; pemakaman jenazah yang ada di rumah sakit; dan percepatan pemulihan jaringan listrik.
Selain itu, BNPB juga melakukan percepatan pengadaan BBM, terutama untuk genset di rumah sakit dan operator seluler; distribusi logistik dan makanan untuk pengungsi; serta mempercepat jaringan komunikasi.
Sementara itu, Kementerian PUPR juga melakukan sejumlah upaya yang berkonsentrasi terhadap empat hal, yaitu evakuasi korban bencana; penyediaan prasarana dan sarana air bersih serta sanitasi; pembersihan kota dari puing-puing bangunan runtuh; serta penyelesaian masalah konektivitas.
https://properti.kompas.com/read/2018/10/01/210500421/data-sementara-2.790-rumah-rusak-akibat-gempa-palu