"Aktivitas penjualan masih ada, meski tidak sekencang kurun 2013 hingga 2015 ya," kata Fadil menjawab Kompas.com, Rabu (19/9/2018).
Menurut Fadil, masih aktifnya pasar menengah ke bawah ini tak lain karena end user atau pengguna akhir masih mendominasi pembelian.
Mereka membeli apartemen karena kebutuhan, dan untuk ditempati. Sementara pembeli dengan motif investasi, mengharapkan keuntungan atau capital gain, dan pendapatan berkelanjutan (recurring income).
Hal itu terbukti dari penjualan menara perdana Silk Town yakni Alexandria, mengalami penjualan pesat saat dilansir pada 13 Juni 2015.
"Saat itu, penjualan sedang bagus-bagusnya. Harganya memang masih murah sekitar Rp 362 jutaan," ungkap Fadil.
Namun, sejak perlambatan ekonomi makro yang berdampak pada pelemahan sektor properti, penjualan mulai tersendat.
Meski demikian, JRP masih mampu meraup Rp 420 miliar dari 689 unit terjual hingga Agustus 2018. Sementara unit sisa sebanyak 180 unit dengan taksiran penjualan senilai Rp 180 miliar.
Menara Alexandria, kata Fadil, menelan dana investasi Rp 400 miliar yang berasal dari ekuitas perusahaan, tanpa sepeserpun pinjaman perbankan.
Rencananya, serah terima kunci kepada konsumen akan dilakukan pda Mei 2019. Menyusul kemudian peluncuran menara kedua.
Silk Town dikembangkan di atas lahan seluas 12 hektar, mencakup 4 menara apartemen yang dilengkapi dengan ruang komersial ritel.
https://properti.kompas.com/read/2018/09/19/213000721/pasar-apartemen-di-bawah-rp-700-juta-masih-bergerak