Bukan lantaran uangnya berlimpah karena keduanya sama-sama pebisnis ponsel dan perhiasan, tapi lebih karena pertimbangan masa depan. Semula membeli hanya untuk dihuni, kini mereka malah tergila-gila terjun ke bisnis properti.
Rumah pertama sudah dijual untuk membeli rumah kedua. Hanya terpaut dua tahun, mereka lalu beli rumah lagi, dan akhirnya dijual lagi.
Terakhir, tahun ini, mereka malah bersiap membeli apartemen. Semua huniannya itu ada di satu lokasi, yakni Jakarta Garden City (JGC), Cakung, Jakarta Timur.
"Ya, senang aja sih. Asalkan ulet dan sabar, ternyata bisa kok kita jual beli. Contoh deh, rumah pertama yang dibeli harganya Rp 500 juta, dan dua setengah tahun kemudian dijual harganya sudah Rp 1 miliar lebih sedikit. Begitu terjual, kami beli rumah lagi, dan sekarang mulai tergiur apartemen yang juga bakal kami jual belikan," kata Herman di JGC Property Expo 2018, atrium utama AEON Mall JGC, Minggu (12/8/2018) lalu.
Kali pertama, Herman dan Susy membeli rumah dua lantai di Cluster Mississippi pada awal 2014 lalu. Dia membelinya seharga kurang lebih Rp900 jutaan.
"Sekarang ini, rumah dengan tipe yang sama di Cluster La Seine harganya sudah di atas Rp1,5 miliar. Itu yang menarik buat saya," kata Herman.
Namun, karena areal bisnisnya cuma berkutat di seputaran Jakarta Timur, yakni mulai Kampung Melayu sampai Kelapa Gading, keduanya sepakat tak mau keluar dari satu kawasan hunian untuk berbisnis properti.
Selain bisa lebih gampang menjaring pasar, menurut Herman, dia tetap bisa fokus mengurus bisnis lamanya, yakni jual-beli ponsel dan bergantian mengurus tiga putera-puterinya. Pagi mengantar anak sekolah, lalu dilanjut ke urusan bisnis, siang hingga sore kembali mengurus anak sembari berbisnis properti.
"Saya tidak mau repot. Tawarkan lewat online atau titip juga ke agen properti, yang penting laku. Enggak perlu ambil untung banyak, tapi bisa paham kondisi pasar kayak apa sekarang dan nanti, karena ke depan saya memang ingin serius di bisnis properti," ucap Herman.
Herman mengaku beruntung bisa tinggal dan berbisnis properti di Jakarta Garden (JGC). Sudah lebih dari satu dekade berkembang, perumahan berskala kota atau township itu masih terus bertumbuh.
Sejak dikembangkan pertama kali pada medio 2007 silam, JGC berkembang sangat progresif dengan intensifikasi pembangunan masif, baik itu hunian, komersial, sampai fasilitas lainnya.
"Enggak pernah terbayang sih, karena dulu kan memang cuma mau tinggal, bisa bisnis dan urus anak tanpa jauh-jauh dari rumah. Nah, sekarang, mulai sekolah, mal, cari makanan, beli ini dan itu gampang betul di sini," tambah Herman.
JGC sendiri sebelumnya dikembangkan oleh developer asal Singapura, yaitu Keppel Land, yang bermitra dengan PT Modernland Realty Tbk. Banyak prestasi diraih JGC, salah satunya penghargaan FIABCI Prix d’Excellance Awards sebagai perumahan terbaik kedua di dunia pada 2010 dan perumahan menengah terbaik di Indonesia pada 2009 dari Federasi Real Estate International.
Namun, pada akhir 2013, Modernland mengakuisisi seluruh saham Keppel Land dan menambahkan luas lahan 100 hektar di sebelah utara kawasan itu. Dengan total 370 hektar, sejak itulah JGC sudah jadi kota mandiri terluas di Jakarta Timur.
Lain penghargaan, lain pula kesuksesan penjualan hunian di kawasan ini. Tiga tahun pascaakuisisi, JGC berhasil memasarkan tipe rumah Mezzanine di Cluster La Seine pada pertengahan 2016 lalu.
Direktur Utama PT Mitra Sindo Sukses, Sami Miettinen, menuturkan saat itu rumah tipe Mezzanine yang berukuran lebar 6 meter dipasarkan mulai dari Rp1,3 miliar. Proyek hunian ini disiapkan untuk membidik keluarga muda yang ingin mengakomodir seluruh kegiatan dengan maksimal.
"Sukses dari situ, kami terus luncurkan satu persatu klaster lainnya, seperti klaster Shinano yang luasnya 10,8 hektar. Ini klaster kelima yang dikembangkan di River Garden dan menggenapi empat klaster lain yang sudah kami bangun sebelumnya, yaitu Mississippi, Yarra, Thames, dan La Seine," kata Sami.
Di sini pun Sami kembali mendulang untung. Menerapkan ventilasi udara dengan bukaan jendela secara optimal untuk menghemat penggunaan listrik, setiap unit rumah di sini memakai gril ventilasi di bawah. Dengan begitu, suhu panas di atap rumah dapat tereduksi optimal. Hasilnya, klaster Shinano yang dipasarkan mulai Rp1, 4 miliar terjual habis tanpa butuh waktu lama.
Setahun kemudian, JGC kembali menuai sukses lewat hunian barunya; The Savoy. Saat diluncurkan pada awal Mei 2017, tutur Sami, hanya butuh dua hari semua unit hunian ini terjual 100 persen.
"Konsepnya memang beda, karena ini hunian 2 in 1 yang fungsinya sebagai tempat usaha dan hunian. Berbeda dengan ruko, lantai rumah ini sudah kami desain sebagai rumah dengan dua atau tiga kamar tidur. Adapun lantai bawahnya dipakai untuk banyak model bisnis, mulai minimarket, katering, sampai apotek," kata Sami.
Rumah yang makin banyak bertumbuh, lanjut Sami, Mitra Sindo pun merasa perlu mewujudkan rasio keseimbangan antara hunian dan komersialnya.
Untuk itulah, JGC mulai memasarkan Cleon Park, yakni sejenis shophouse. Ada 38 unit, rumah belanja ini dibangun di boulevard utamanya JGC dan berjarak hanya 300 meter dari AEON Mall.
Mulai dari situlah, menurut Sami, produk komersial JGC juga terus tumbuh, karena selanjutnya JGC mulai menawarkan New East, yakni shophouse tiga lantai seharga mulai Rp4,5 hingga Rp11 miliar. Perlahan tapi pasti, keramaian JGC mulai memberi warna tersendiri sebagai pusat gaya hidup baru di Jakarta Timur.
Dari total luas lahan 370 hektar, JGC dibagi untuk area komersial seluas 70 hektar dan residensial 300 hakter yang dibagi dalam tiga kawasan besar, yaitu Garden City (134 hektar), River Garden (100 hektar), serta Lake Garden (136 hektar).
Progres pembangunan di Garden City saat ini sudah mencapai 80 persen yang terdiri dari enam klaster yang sudah selesai dibangun dan dihuni.
Berangsur-angsur wajah JGC pun makin berubah. Saat ini jumlah rumah tapak yang sudah dikembangkan mencapai sekitar 3000 unit, dan 2000 unit di antaranya telah dihuni.
Namun, selain rumah tapak yang kemudian diramaikan dengan area komersial, tahun ini JGC juga mengembangkan hunian vertikal atau apartemen, yakni Cleon Park Apartment.
Berlokasi di area premium JGC dengan luas lahan 1,7 hektar, hunian vertikal ini dibangun terintegrasi dengan area komersial Cleon Park. Bahkan, dari apartemen ini cukup jalan kaki dua menit sudah sampai ke AEON Mall.
"Sekarang saya sudah beli dua unit di sini. Jadi, kalau dulu main di segmen rumah, sekarang sudah coba di apartemen. Saya yakin bisa jual, karena halte Trans Jakarta bakal beroperasi di seberang apartemen ini," ujar Herman.
Cleon Park terdiri dari dua tower apartemen. Untuk saat ini, yang dipasarkan lebih dulu adalah tower North setinggi 24 lantai dan meliputi 310 unit.
"Sudah semi furnished, jadi harusnya tidak susah untuk dipasarkan, apalagi sudah lengkap untuk calon penghuni, mulai kitchen set, kompor, water heater, dan lain-lainnya. Ini hal baru buat saya mulai bisnis properti," tambah Herman.
Menurut rencana, timpal Sami, pembangunan apartemen akan dimulai pada 2019 nanti. Dipasarkan mulai Rp498 juta untuk tipe studio, proses serah terima unit apartemen ini ditargetkan selesai dalam 36 bulan setelahnya.
"Dalam waktu dekat juga akan ada danau rekreasi, lalu rumah sakit, dan juga IKEA yang akan segera akhir tahun ini," kata Sami.
Sami optimistis, sebagai kawasan hunian berskala kota, JGC dapat menjadi kawasan kota alternatif dengan nilai investasi tinggi. Hal ini karena kawasan tersebut banyak dikelilingi area komersial dan industri dengan bermacam akses.
Sebut saja, lanjut Sami, akses tol Bandara Soekarno Hatta melalui Tol Tj Priok – Ancol – Bandara Soetta, akses jalan Tipar – Cakung menuju Kawasan Kelapa Gading, serta akses JGC menuju Jalan Raya Bekasi, dan bahkan bisa diakses lewat exit tol Cakung Timur tol.
"Sekarang dari mana saja gampang, lebih enak dan ramai. Mau pakai kendaraan pribadi atau umum, tidak yang susah. Artinya, akses makin terbuka," ujar Sami.
https://properti.kompas.com/read/2018/09/18/183200721/jakarta-garden-city-usai-satu-dekade-yang-terlewat-