Tak hanya telah membidani kelahiran 80 proyek perumahan yang tersebar di seluruh Nusantara, Ciputra tercatat sebagai konglomerat yang memiliki kekayaan puluhan triliun.
Melansir Forbes, aset dari suami Dian Sumeler ini mencapai 1,4 miliar dollar AS atau setara Rp 20,7 triliun. Forbes bahkan mencantumkan namanya di urutan ke-21 dalam daftar orang terkaya di Indonesia tahun 2017.
Ciputra merupakan bungsu dari empat bersaudara. Dia menghabiskan masa kecilnya di Kampung Pepaya, Parigi, Sulawesi Tengah.
Dalam salah satu artikel Harian Kompas yang terbit 24 November 1985, Ciputra menceritakan masa kecilnya yang harus melakukan berbagai pekerjaan pada usia yang masih belia.
Sang ayah bahkan harus pergi meninggalkan keluarga setelah diseret paksa oleh Jepang. Sejak saat itu, Ciputra tidak pernah bertemu dengan ayahnya lagi.
Meski harus bekerja, namun Ciputra kecil tidak melupakan pendidikan. Selepas menyelesaikan masa SMA, dia kemudian pergi ke Bandung.
Di kota ini Ciputra melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung, tepatnya di jurusan arsitektur. Dia lulus pada tahun 1960.
Harian Kompas, 19 Januari 1992 menyebutkan, bungsu dari empat bersaudara ini pernah menjadi atlet lari jarak 1.500 meter pada Pekan Olah Raga Nasional (PON) ke-3.
Menurut pria yang kini sudah berusia 87 tahun ini, sifat berlomba inilah yang mengantarkannya menekuni dunia bisnis yang serba kompetitif.
Dia merupakan sosok di balik pendirian PT Pembangunan Jaya pada 1961. Bersama dengan perusahaan ini, dia bermitra dengan Pemda DKI Jakarta.
PT Pembangunan Jaya bergerak di bidang real estate, kontraktor, perhotelam, baja, alumunium, tempat hiburan, perdagangan.
Salah satu hasil karya PT Pembangunan Jaya yang terkenal adalah proyek Ancol. Ciputra yang kala itu menjabat sebagai direktur mengatakan proyek ini menghabiskan biaya antara Rp 2 miliar hingga Rp 4 miliar.
Setelah itu berturut-turut Ciputra mendirikan mendirikan Metropolitan Kencana bersama dengan teman-temannya pada tahun 1971.
Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada 1981, Ciputra membangun Grup Ciputra yang merupakan perusahaan keluaarga dan dikendalikan oleh anak, menantu, cucu sekaligus para profesional.
Pada 1990, PT CHI berubah nama menjadi PT Ciputra Development dengan tiga divisi, serta membawahi 4 anak usaha yang tergabung dalam Ciputra Grup.
Tak hanya di bidang properti, Ciputra juga memiliki ketertarikan di bidang seni, pendidikan serta budaya.
Ciputra merupakan penggemar lukisan karya Hendra Gunawan. Bahkan dia memiliki beberapa koleksi karya Hendra di dalam rumahnya.
Dalam bidang seni, dia mendirikan penerbit Pustaka Jaya bersama dengan sastrawan Ajip Rosidi. Perhatiannya dalam bidang budaya juga tertuang dalam bangunan di kawasan Ciputra World Jakarta.
Bangunan ini ia namakan 'Ciputra Artpreneurship' yang terdiridari lima bagian, yaitu, museum, galeri, ruang pameran, studio, dan performance art. Sementara dalam bidang kesehatan, Ciputra membangun rumah sakit Ciputra Hospital.
Kini Ciputra merupakan salah satu pengembang yang memiliki properti di hampir seluruh wilayah Nusantara. Brand ini juga mengembangkan bisnis di bidang media, telekomunikasi, kesehatan, asuransi, dan lain-lain.
Dengan berbagai perannya dalam bidang properti, Ciputra pernah menerima peghargaan Satya Lencana Pembangunan dari Presiden RI pada 1995 dan segudang penghargaan dari lembaga dalam serta luar negeri.
Apresiasi terbaru didapatkan Ciputra, saat mendapat kado istimewa pada hari ulang tahunnya ke-87 yakni dua penghargaan internasonal bergengsi.
Dua penghargaan tersebut adalah The BrandLaureate Hall of Fame-Lifetime Achievement Brand Icon Leadership Award, dan The BreandLaureate Book of World Records.
Menurut Ciputra, dua penghargaan ini sangat diharapkannya sejak dulu, karena sangat penting demi meningkatkan brand Ciputra di panggung kompetisi bisnis global.
"Ini pencapaian positif. Saya mengharapkannya sejak dulu. Brand Ciputra bisa meningkat di mata internasional berkat penghargaan The BrandLaureate ini," kata Ciputra, Jumat (24/8/2018).
https://properti.kompas.com/read/2018/09/15/224454021/ciputra-atlet-pon-yang-jadi-taipan-properti-indonesia