KOMPAS.com - Hyundai Engineering Co akan memperkuat kehadirannya di sektor infrastruktur Indonesia setelah berinvestasi di berbagai proyek infrastruktur di Asia Tenggara.
Perusahaan konstruksi asal Korea Selatan di bawah Hyundai Motor Group itu menyatakan, telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan dua perusahaan berbeda dari Indonesia.
Perusahaan pertama yaitu PT Sulfindo Adiusaha untuk pengelolaan petrokimia, sedangkan perusahaan kedua yakni Terregra Asia Energy untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga air. Demikian dilansir Pulsenews, Selasa (11/9/2018).
Berdasarkan MoU yang ditandatangani pada Forum Kerja Sama Industri Korea-Indonesia yang diadakan di Lotte Hotel, Seoul, Hyundai Engineering akan memperluas bisnis petrokimia itu di Merak, Provinsi Banten.
Kerja sama itu nantinya bisa meningkatkan kapasitas produksi tahunan untuk dua jenis produk yang dihasilkan, yaitu vinyl chloride monomer (VCM) dari 120.000 ton menjadi 370.000 ton dan polyvinyl chloride (PVC) dari 110.000 ton menjadi 360.000 ton.
Adapun pendanaan proyek tersebut akan diperoleh dari Bank Ekspor-Impor Korea dalam bentuk pinjaman.
Selain itu, Hyundai Engineering akan membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Sungai Teunom, Provinsi Aceh. Proyek PLTA akan dilakukan bersama Terregra Asia Energy setelah melakukan studi kelayakan.
Secara terpisah, Hyundai Engineering juga menandatangani perjanjian dengan Korea Midland Power Co dan Posco Engineering and Construction Co untuk pengembangan proyek PLTA Pongkeru.
Sesuai perjanjian tersebut, mereka secara bersama-sama membangun dan mengoperasikan PLTA berkekuatan 92 megawatt yang berlokasi di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.
Setelah konstruksinya selesai, mereka akan membuat kontrak penjualan jangka panjang dengan perusahaan energi yang dikelola Indonesia berdasarkan kontrak pembangunan, kepemilikan, pengoperasian, dan pengalihan.
Sejumlah kontraktor Korea berhasil mendapatkan serangkaian kontrak proyek infrastruktur untuk beberapa negara di Asia Tenggara yang sedang berusaha meningkatkan kapasitas listriknya menjadi 35 gigawatt pada tahun 2026.
Seorang pejabat dari Hyundai Engineering yang tidak disebutkan namanya mengatakan, perjanjian kerja sama itu akan meningkatkan peran kontraktor Korea dalam pembangunan pembangkit listrik Indonesia serta berkontribusi meningkatkan hubungan ekonomi bilateral.
https://properti.kompas.com/read/2018/09/11/190000621/kontraktor-korea-selatan-makin-agresif-di-indonesia