Artinya, infrastruktur yang dibangun harus memiliki hubungan dengan kebutuhan mendasar manusia.
Hal itu diungkapkan dalam acara diskusi bertema Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sekaligus peluncuran SDGs Working Group.
"Dalam konteks SDGs, infrastruktur yang paling penting adalah yang punya relevansi terhadap goals-nya," ujar Bambang Brodjonegoro saat ditemui seusai diskusi, Kamis (6/9/2018) di Jakarta.
Maksud dari infrastruktur yang paling penting, lanjutnya, yaitu bersifat memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Sebagai contoh, di bidang layanan pendidikan, kesehatan, pengairan, penerangan atau kelistrikan, dan lingkungan yang bersih.
Bambang mengatakan, khusus mengenai penyediaan listrik untuk masyarakat, saat ini pemerintah berusaha memberikan akses yang sifatnya berkelanjutan.
Dengan demikian, sumbernya tidak lagi tergantung dari bahan bakar fosil atau bahan bakar mineral, tetapi mulai memanfaatkan energi yang bisa diperbarui.
Untuk diketahui, bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang dimanfaatkan untuk mengembangkan industri.
"Kemudian penyediaan infrastruktur dasar, misalnya istrik, sekarang pun terus diupayakan pada yang sustainable. Jadi tidak lagi bergantung pada bahan bakar fosil, tapi juga mengarah ke energi terbarukan," imbuhnya.
Dia berpendapat, SDGs bisa menghasilkan pembangunan infrastruktur yang lebih baik, tepat sasaran, dan berkelanjutan.
"Jadi kita melihat SDGs membuat upaya kita membangun infrastruktur malah jadi lebih bagus, jelas sasarannya, dan lebih berkelanjutan," pungkasnya.
https://properti.kompas.com/read/2018/09/06/183000021/pembangunan-infrastruktur-harus-sesuai-kebutuhan-dan-berkelanjutan