Pembangunan megaproyek yang masif seperti pulau buatan atau reklamasi dapat menjadi pertanda adanya krisis keuangan. David Fickling mengungkapkan hal itu dalam artikelnya di Bloomberg.
Dia menambahkan, pengembangan pulau buatan dengan pemukiman kelas atas seperti di Malaysia dan Hongkong, menandakan adanya hubungan kondisi ekonomi yang sedang berada "di luar jalur".
Pembangunan Kansai International Airport di dekat Osaka misalnya, berakibat pada runtuhnya ekonomi Jepang pada dekade 80-an.
Bahkan, megaproyek ini masih menyisakan hutang senilai 848 miliar yen atau ekuivalen 7,6 miliar dollar AS, selang tiga dekade setelah pembangunan dimulai.
Serupa dengan kondisi di Jepang, reklamasi pulau untuk pembangunan bandara internasional Hongkong juga bersamaan dengan adanya krisis finansial pada dekade 90-an.
Fickling bahkan memperingatkan beberapa pengembang yang ada di balik bernagai pembangunan megaproyek pulau buatan di Malaysia dan Hongkong akan adanya potensi krisis tersebut.
Sama seperti pulau buatan, pembangunan megaproyek lain seperti gedung pencakar langit juga menjadi salah satu indikasi akan adanya krisis.
Mengutip artikel Andrew Lawrence di Council of Tall Building and Urban Habitat, Burj Khalifa di Dubai misalnya, dibangun pada saat krisis tahun 2008 melanda.
Tak hanya Burj Khalifa, Petronas Tower di Kuala Lumpur juga dibangun bersamaan saat krisis moneter menerjang Asia pada tahun 1997.
Dalam artikelnya, Lawrence mengatakan pembangunan gedung tinggi yang memecahkan rekor merupakan tanda peningkatan harga lahan di kawasan tersebut.
"Saya berpikir mereka cenderung merasakan beberapa hal yang terjadi, seperti mahalnya harga lahan. Mereka mengalami hal itu, dan menjadi cerminan dari situasi tersebut," ungkap Lawrence.
Fickling juga mengungkapkan hal serupa. Menurut dia, pembangunan megaproyek pemecah rekor di sebuah wilayah juga menandakan jika pengembangan real estate dengan cara lama tak lagi bergairah.
https://properti.kompas.com/read/2018/09/04/124317521/ada-proyek-reklamasi-sinyal-krisis-finansial