Satu dari segelintir itu adalah apartemen Alter Ego yang dikembangkan PT Pancakarya Griyatama, di Kota Tangerang, Banten.
Sesuai namanya, sekuel dari Skandinavia ini mengadopsi prinsip kebahagiaan hidup yang direpresentasikan ke dalam unit-unit yang terukur secara presisi, layak huni dan layak investasi.
"Kami melakukan riset tak kurang selama tiga tahun untuk mengeksekusi apartemen ini. Kami mengacu pada negara-negara Skandinavia yang punya indeks kebahagiaan hidup tinggi," tutur Direktur Pancakarya Griyatama Norman Eka Saputra menjawa Kompas.com, Sabtu (25/8/2018).
Ukuran dapur kering (pantry), bentang jendela yang memengaruhi masuknya cahaya matahari dan sirkulasi udara, dimensi kamar tidur, ruang makan, kamar mandi, dirancang akurat sesuai dengan bentuk tubuh manusia (penghuni).
Norman berkesimpulan, ukuran ideal minimum untuk segmen pasar yang dibidik (kelas menengah) adalah 45 meter persegi atau satu kamar tidur. Tidak terlalu sempit, namun efisien untuk berbagai fungsi.
"Ini cocok untuk small family. Ruang keluarga (living room) bisa dikonversi jadi kamar tidur utama, study desk jadi tempat makan. Desain kami mengutamakan efisiensi ruang dan kesesuaian furnitur," papar Norman.
Alter Ego dirancang sedikit maskulin, dengan warna cerah, dan mengapresiasi alam. Hal ini ditandai elemen-elemen penghijauan di ruang-ruang terbuka.
Dengan total 450 unit, Alter Ego dibanderol serentang Rp 989 juta untuk tipe 2 kamar tidur junior, Rp 1,475 miliar untuk tipe 2 kamar tidur corner, dan Rp 2,4 miliar untuk dimensi 3 kamar tidur corner.
Lima tahun investasi kembali
Pelancong bisnis dan wisata adalah ceruk pasar potensial yang bisa ditangkap. Terlebih lokasi Alter Ego hanya 13 kilometer dari Bandara International Soekarno-Hatta.
Kebutuhan akan tempat transit, kegiatan meeting, incentives, convention, dan exhibition (MICE) yang diadakan pemerintah pusat atau daerah serta maskapai penerbangan swasta nasional dan asing, tak pernah surut.
"Novotel saja punya catatan okupansi 92,8 persen year to date. Dan sekarang sudah dipesan oleh perusahaan maskapai Jepang (Japan Airlines), dan SKK Migas," cetus Norman.
Norman menghitung, hanya dengan membayar Rp 800.000 per malam, tamu dengan dua anak sudah bisa bermalam di Alter Ego, tanpa harus memesan tempat tidur ekstra.
Bandingkan dengan bermalam di hotel bintang empat yang mematok tarif sekitar Rp 1,1 juta untuk kamar 36 meter persegi. Tentunya, ukuran kamar ini tidak akomodatif, sehingga harus dipesan kamar tidur ekstra.
"Dari kasus ini, kami memastikan return of investment (pengembalian investasi) Alter Ego hanya 5 tahun," imbuh dia.
Hitung-hitungannya begini, dengan room rate Rp 800.000 dikali 24 hari dalam satu tahun menghasilkan pendapatan sewa sekitar Rp 250 juta.
"Untuk harga Rp 1 miliar, dengan pendapatan sewa konstan Rp 250 juta per tahun, balik modal ya hanya lima tahun," cetus Norman.
Target penjualan
Alter Ego berada di kawasan pengembangan multifungsi Tangerang City seluas 10 hektar. Saat ini sudah terbangun TangCity Mall, TangCity Business park, dan Novotel Tangerang.
Adapun serah terima kunci Alter Ego dilakukan secara bertahap hingga akhir 2019 mendatang.
Dari Alter Ego, Norman mengharapkan penjualan senilai Rp 580 miliar. Sementara nilai keseluruhan proyek Tangerang City sekitar Rp 2 triliun.
https://properti.kompas.com/read/2018/08/25/223031021/alter-ego-idealisme-tentang-tempat-tinggal-dan-investasi