Riset ini melaporkan, dari 46 kota di 33 negara, Zurich menempati posisi tertinggi terkait upah buruh konstruksi per jamnya yang mencapai 104,1 dollar AS atau lebih dari Rp 1,5 juta.
Sedangkan Jakarta berada di peringkat ke-28, dengan upah rata-rata mencapai 10,2 dollar AS ekuivalen Rp 148.000 per jam (kurs Rp 14.500 per dollar AS per 21 Agustus 2018).
Angka ini didapat berdasarkan perhitungan upah tenaga kerja, dengan rincian:
Jika dibandingkan dengan 14 kota di Asia Pasifik lain yang disurvei, Jakarta berada di peringkat ke-9.
Angka ini memang berada di bawah Singapura dengan upah rata-rata mencapai 18,2 dollar AS. Namun angka ini lebih tinggi dibandingkan Kuala Lumpur, Shanghai, Beijing, dan Ho Chi Minh City yang berada di angka 5,6 ; 5,9 ; 5,5 ; 2,6 dollar AS per jam.
Sementara rerata biaya konstruksi yang dibutuhkan di Jakarta sebesar 888.9 dollar AS ekuivalen Rp 12,9 juta per meter persegi.
Kekurangan tenaga kerja terampil
Menurut laporan tahun lalu, 20 dari 24 kota mengalami kekurangan tenaga kerja terampil. Tahun ini, kekurangan tenaga tersebut meningkat menjadi 27, dan Jakarta sebagai salah satunya.
Bahkan 5 kota teratas yang memiliki upah tertinggi pun juga mengalami hal serupa. Dari 46 kota, hanya 3 di antaranya yang mengalami kelebihan jumlah tenaga kerja terampil, yakni Houston, Muscat, dan Sao Paulo.
https://properti.kompas.com/read/2018/08/21/160000421/upah-buruh-konstruksi-jakarta-lebih-tinggi-dibanding-kuala-lumpur