Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dihantam Gempa Magnitudo 7, Rumah Adat di Lombok Ini Tetap Kokoh

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, tak kurang dari 71.962 unit rumah rusak dengan klasifikasi 32.016 unit rusak berat, 3.173 unit rusak sedang, dan 36.773 rusak ringan per 13 Agustus 2018.

Untuk memulihkannya, paling tidak memerlukan anggaran sebesar Rp 6,02 triliun serta waktu hingga mencapai dua tahun.

Namun, dari sekian banyak rumah yang rusak, justru rumah adat di Senaru dan Batu Layar, Lombok Utara, yang hanya terbuat dari kayu dapat bertahan.

Kondisi berbeda terjadi pada rumah adat serupa yang telah dimodifikasi dengan menggunakan material semen dan batu bata.

Dosen Program Studi Kehutanan Universitas Mataram Indriyanto mengatakan, masyarakat Lombok memiliki kearifan lokal dalam menyesuaikan diri saat tinggal di kawasan rawan gempa.

"Walaupun hidup di daerah bencana, (rumah adat) mereka cukup dapat beradaptasi awalnya," kata dia seperti dilansir dari Antaranews.com.

"Justru teman saya seoarang relawan dari Belgia yang menyadarkan pentingnya rumah ekologi di daerah rawan bencana," imbuh relawan dari Yayasan Lingkungan Tanpa Batas itu.

Indriyanto menaksir, biaya pembangunan rumah adat tersebut jauh lebih murah dari rumah konvensional, yaitu hanya berkisar antara Rp 30 juta hingga Rp 40 juta. Terlebih, bila materialnya dikombinasi dengan bambu.

"Apalagi kalau pengerjaannya bergotong-royong. Bisa untuk menata kampung sekaligus untuk tujuan destinasi wisata," tambah Indriyanto.

https://properti.kompas.com/read/2018/08/21/123000321/dihantam-gempa-magnitudo-7-rumah-adat-di-lombok-ini-tetap-kokoh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke