Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Profil Tiga Bakal Calon Ketua Umum IAI

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilihan elektronik atau e-vote tahap pertama bakal calon ketua umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) telah dilaksanakan.

Dari pemilihan tersebut diketahui tiga nama muncul sebagai pemilik suara terbanyak yakni Ahmad Djuhara (454 suara), Bambang Eryudhawan (176 suara) dan Ahmad Saifudin Mutaqi (152 suara).

Tahap berikutnya akan dilakukan proses verifikasi sebagai calon ketua umum hingga 13 Agustus mendatang. Setelah itu, Panitia Pemilih (Panlih) Munas IAI akan menetapkan ketiganya sebagai calon ketua umum.

Proses pemilihan sendiri dilakukan secara elektronik pada 19-21 September mendatang. Namun sebelumnya, ketiga kandidat akan melakukan kampanye selama sebulan pada 15 Agustus-15 September 2018.

Hasil pemilihan akan diumumkan saat pelaksanaan Munas IAI pada 22 September di Bandung, Jawa Barat.

Berikut profil ketiga calon ketua umum IAI:

Pria kelahiran 22 November 1966 ini merupakan kandidat petahana.

Pengalaman organisasi Djuhara dimulai sejak masih mahasiswa dengan menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Arsitektur Universitas Parahyangan.

Lulus pada 1991, ia mulai bekerja sebagai arsitek proyek di PT Pacific Adhika Internusa hingga tahun 1998.

Setelah itu ia sempat berpindah-pindah pekerjaan sebelum akhirnya mendirikan firma arsitek sendiri pada 2001.

Sebelum masuk di tingkat pusat, Djuhara pernah menduduki sejumlah posisi strategis di IAI Jakarta, seperti Ketua Badan Sistem Informasi Arsitektur (2000-2002), Ketua Badan Keprofesian (2003-2006), Ketua Pokja Tatanan Kerja Arsitek di Pemprov DKI (2005), dan Ketua IAI Jakarta (2006-2009).

Beberapa penghargaan juga pernah diraih seperti IAI Award – Citation Award (2002), Penghargaan III - Maket Terbaik dari International Architecture Biennale Rotterdam 2005 untuk Maket Batavia 1681 (2005), dan Penghargaan Utama IAI Award 2008 untuk Rumah Baja Wisnu.

Di samping itu, ia juga pernah diminta untuk menjadi technical reviewer untuk sejumlah ajang penghargaan seperti PAM Awards 2011 Overseas - House at Kebayoran Baru dan Overseas - House at Pondok Indah.

Kemudian, Aga Khan Award for Architeture Cycle 2013 Museum of Handcraft Paper di Yunnan, China, serta Aga Khan Award for Architeture Cycle 2016 Hutong Children’s Library and Art Centre di Beijing, China.

Sejak 1993, Djuhara juga cukup aktif mengikuti pameran baik di dalam maupun di luar negeri, seperti Pameran Karya Arsitek Muda Indonesia di Staad Huis, Den Haag, Belanda, d'Form - desain produk Indonesia (2005), Servants Right to Space pada International Architecture Biennale Rotterdam (2005), dan Indonesia Architects Week di Tokyo, Jepang (2011).

Alumna Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1988 ini pernah menduduki sejumlah posisi strategis dalam karir arsiteknya.

Misalnya, anggota tim penasehat konservasi Bank Indonesia di Jakarta Kota (2001-2003), anggota tim penasehat arsitektur kota (TPAK) DKI Jakarta (2004-2014), Ketua Tim Sidang Pemugaran DKI Jakarta (2008-2020), serta anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (2013-2018).

Selain itu, anggota Tim Teknis Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk Asian Games 2018 (2016), dan anggota Tim Penyusunan Rapermen Pelaksanaan UU RI Nomor 6/2017 tentang Arsitek (2018).

Di IAI pusat, saat ini jabatan yang dipegang sebagai Sekretaris Majelis.

Sebelumnya, ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Pokja RUU Arsitek (2012-2017), Wakil Ketua II IAI (2008-2011), dan Ketua IAI Jakarta (2000-2006).

Beberapa karya arsitektur dan perkotaan juga telah ditelurkannya seperti pelestarian bangunan VOC di Banda Naira (2010), perencanaan Museum Proklamator (2011-2012), penataan ulang Galabo di Solo (2011), merencanakan model kampung nelayan di Tegalsari, Tegal (2015), perencanaan pelestarian rumah Oei Tiong Ham di Semarang (2016, serta perencanaan pusat kota Palangkarya (2018).

3. Ahmad Saifudin Mutaqi

Baik gelar sarjana maupun masternya diperoleh pria berusia 56 tahun ini dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

Saat ini, ia aktif sebagai Ketua Program Studi Arsitek sekaligus Ketua Pusat Kajian Real Estate Berkelanjutan di Universitas Islam Indonesia. Di samping menjadi principal architect di PT Architama Cipta Persada.

Beberapa proyek baik di dalam maupun luar negeri telah ia kerjakan. Misalnya merancang Club House Adisucitpo Golf House, menyusun studi kelayakan dan masterplan RSUD Magelang, merancang Indonesian Guesthouse di Qadian, Punjab, India, serta merancang Islamic Center di Rangsit, Bangkok, Thailand.

Selain aktif di bidang akademisi, Saifudin juga menjabat sebagai Ketua IAI DIY saat ini serta asesspr teknik arsitektur LPJK nasional.

Sebelumnya beberapa posisi di DPD REI DIY juga pernah dijabat seperti Sekjen (2008-2011), Wakil Ketua bidang Riset Pembangungan dan Otonomi Lingkungan dan Regional (2005-2008), serta Koordinator Divisi Riset dan Pengembangan (1999-2002).

https://properti.kompas.com/read/2018/08/02/223000121/ini-profil-tiga-bakal-calon-ketua-umum-iai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke