"Momen Asian Games ini untuk mengubah mindset. Kalau orang enggak mengubah mindset, nanti LRT dan MRT siapa yang naik? Orang masih menggunakan mobil pribadi terus," ucap Kepala BPTJ Bambang Prihartono, Selasa (23/7/2018) di Gedung DPR, Jakarta.
Dia mengatakan, perubahan pola pikir itu juga diterapkan di luar negeri jika ada penyelenggaraan acara yang serupa.
Apabila momentum seperti ini tidak dimanfaatkan untuk perubahan menggunakan moda transportasi maka akan percuma.
"Di luar negeri juga sama kok dilakukan seperti itu. Jadi kalau setelah Asian Games enggak ada perubahan, kita gagal," ujar Bambang.
Pengalihan penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum ini juga berhubungan dengan protes masyarakat soal penerapan sistem ganjil genap di sejumlah ruas jalan di Jakarta.
"Ini kan solusi jangka pendek, pasti mereka juga ketemu solusinya seperti apa. Pilihannya angkutan umum, kami akan memindahkan ke angkutan umum. Itu jawabannya," ucap Bambang.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, BPTJ memberlakukan tiga kebijakan terkait pengaturan lalu lintas menjelang Asian Games.
Tiga kebijakan itu yakni manajemen rekayasa lalu lintas, penyediaan angkutan umum, serta pembatasan kendaraan golongan 3, 4, dan 5.
"Tiga kebijakan ini saling terkait, tidak bisa berdiri sendiri. Kalau hanya manajemen rekayasa lalu lintas tanpa pembatasan kendaraan barang, tidak akan berhasil. Begitu juga kalau tidak ada angkutan umum tidak akan berhasil. Jadi ketiganya harus serentak," terang Bambang.
Mengenai manajemen rekayasa lalu lintas, dia mengatakan, ada sejumlah aturan yang harus diterapkan secara bersamaan, di antaranya perluasan sistem ganjil-genap dan pengadaan lajur khusus untuk atlet.
"Ini juga harus bersamaan, tidak bisa salah satu saja. Kami sudah lakukan simulasi tanggal 18 Juli lalu," tutup Bambang.
https://properti.kompas.com/read/2018/07/24/193000121/bptj-setelah-asian-games-enggak-ada-perubahan-kita-gagal