Dalam waktu dekat, SMF bakal meluncurkan produk investasi terbaru yakni EBA Ritel. Investor individu menjadi target penawaran efek yang akan melantai di pasar modal pada awal Agustus mendatang.
"Selama ini investor ritel lebih banyak (investasi) di saham. Jadi, dengan kondisi market yang fluktuatif serta kondisi saham yang kurs-nya semakin tergerus, biasanya perilaku investor itu bergeser," ucap Direktur SMF Trisnadi Yulrisman di kantornya, Jumat (20/7/2018).
"Mereka bisa menyasar obligasi atau EBA ini. Karena EBA ini kan bisa jadi lebih tinggi dari obligasi suku bunganya. Jadi lebih baik diversifikasi investasi bagi investor," cetus Trisnadi.
Untuk tahap pertama, SMF menargetkan dapat meraup dana hingga Rp 50 miliar. Efek ini nantinya akan ditawarkan dengan harga Rp 100.000 per kupon.
Trisnadi menambahkan, tidak ada batasan tertentu bagi masyarakat yang ingin berinvestasi pada efek ini. Hanya, ia memastikan, SMF akan menawarkan suku bunga yang cukup kompetitif.
"Jadi tergantung EBA yang mau dilepas, tapi pasti bersaing dengan bunga pasar yang berlaku saat ini. Dengan tenor kurang lebih sama. Market kan biasanya kalau fixed income berapa sih yield SUN sekarang, berapa preminya," tutur Trisnadi.
Untuk diketahui, sejak 2006 sampai Juni 2018, SMF telah menyalurkan 12 kali transaksi EBA surat partisipasi (SP) senilai Rp 10,15 triliun.
Penyaluran tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan BTN sebanyak 12 kali dan Bank Mandiri satu kali.
Hingga Juni 2018, SMF telah memfasilitasi 12 transaksi berskema EBA-SP, yakni 11 kali lewat kerja sama dengan Bank BTN dan 1 kali dengan Bank Mandiri. Total akumulasi traksaksi sekuritisasi tersebut mencapai Rp 10,155 triliun.
https://properti.kompas.com/read/2018/07/20/201049521/alasan-di-balik-peluncuran-efek-beragun-aset-ritel