Jalan yang diberi nama Sabuk Merah Perbatasan itu, dibangun sejak tahun 2015 lalu, dengan panjang mencapai 176,1 kilometer.
Pejabat Pembuat Komitmen 4.5 Pembangunan Jalan Perbatasan NTT Rofinus Ngilo mengatakan, dari 176 kilometer tersebut, masih 99 kilometer jalan yang belum beraspal.
"Untuk jalan aspal panjangnya 77,4 kilometer, jalan material urugan pilihan (urpil) panjangnya 79,2 kilometer dan jalan tanah sepanjang 19,5 kilometer," terang Rofinus kepada Kompas.com, di Atambua, Rabu (18/7/2018).
Jalan yang menghubungkan Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka itu melintasi daerah perbatasan RI-Timor Leste.
Rofinus merinci, jalan ini terbagi dalam empat segmen yakni ruas jalan Motaain-Salore-Haliwen-Sadi-Asumanu-Haekesak sepanjang 57,01 kilometer, ruas Haekesak-Fulur-Turiskai-Nualain sepanjang 20,9 kilometer, ruas Nualain-Dafala sepanjang 49,7 kilometer dan ruas Dafala-Laktutus-Motamasin sepanjang 48,5 kilometer.
Menurut Rofinus, dari 176,1 kilometer, masih terdapat ruas jalan yang belum terhubung yakni ruas jalan Dafala-Henes-Nualai sepanjang 12,9 kilometer dan sesuai target kontrak akan diselesaikan tahun 2018.
Sedangkan penanganan pembangunan jalan pada ruas Motamasin-Laktutus-Dafala sepanjang 6 kilometer, akan mengikuti jalur eksisting.
Karena itu lanjut Rofinus, pada tahun 2018 ini, pihaknya sedang menangani ruas Jalan Dafala-Henes-Nualain sepanjang 12,9 kilometer.
Untuk target sepanjang 12,9 kilometer itu, realisasi penanganan sampai Juli 2018 berupa pekerjaan galian dan pembentukan badan jalan sudah mencapai 3,7 kilometer.
"Kontrak pekerjaan ini pada tanggal 18 Mei 2018 dan SPMK tanggal 21 Mei 2018. Masa pelaksanaan akan berakhir tanggal 31 Desember 2018," jelas Rofinus.
Namun demikian, ada sebagian titik jalan yang membutuhkan kurang lebih 27 unit jembatan.
"Nah jembatan ini, ada yang sudah perencanaan dan ada yang memang belum didesain, sehingga pembangunan jembatan akan simultan diikuti dengan pembangunan jalan," imbuhnya.
Sementara itu Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) X Kupang NTT Hadrianus Bambang Nurhadi Widihartono mengatakan, target pertama pembangunan jalan di perbatasan adalah terbuka jalurnya dan juga pembangunan jembatan.
Pada tahun anggaran 2018 ini untuk jalannya sudah bisa terbuka semua akses. Sedangkan terkait pengaspalan, pihaknya tentu akan mempertimbangkan alokasi dana yang tersedia .
"Untuk pembangunan jembatan, tahun ini selesai dibangun 15 buah dari total 27 jembatan," kata Hadrianus.
Dia berharap dengan tersambung dan beraspalnya jalan itu, akan memperlancar arus lalu lintas dua arah, antara Indonesia dan Timor Leste.
"Seperti kita lihat bahwa, kebangkitan ekonomi sudah mulai nampak di wilayah Kabupaten Belu, dengan adanya pembangunan infrastruktur ini," tutupnya.
https://properti.kompas.com/read/2018/07/18/124625821/sabuk-merah-perbatasan-mendekatkan-indonesia-timor-leste