Jalan tol yang dirancang sepanjang 90 kilometer ini diketahui menelan investasi hingga mencapai Rp 13,4 triliun.
Tol ini cukup istimewa. Sebab, menjadi jalan bebas hambatan pertama yang mendapat bantuan dana jaminan dari pemerintah saat itu.
"Ini tol pertama yang mendapat dukungan Viability Gap Fund (VGF) dari pemerintah," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono sebelum peresmian.
Konstruksi tol ini cukup menantang. Dalam perjalanannya, PT Thiess Contractors Indonesia, pemenang lelang investasi pengusahaan jalan tol, sempat tidak sanggup untuk melanjutkan.
Akhirnya pada 2015, saham Solo-Ngawi Jaya (SNJ) dialihkan ke PT Jasa Marga (Persero) Tbk yang membentuk konsorsium bersama PT Waskita Toll Road (WTR) untuk menggarap jalan tol ini.
"Jadi saya hanya meng-gathuk-kan dengan Jasa Marga, mereka berbisnis sendiri, akhirnya diambil alih oleh Jasa Marga dan WTR," cetus Basuki.
Pascaruas Tol Solo-Ngawi, pemerintah memberlakukan sistem pendanaan serupa untuk beberapa ruas tol, seperti Tol Ngawi-Kertosono, Tol Cisumdawu, Tol Samarinda-Balikpapan, dan Tol Manado-Bitung.
"Itu yang sudah on going, kemudian Semarang-Demak, karena itu menjadi tanggul laut sekalian, sehingga kita membantu VGF sekalian," ujarnya.
Untuk diketahui, sebagian ruas tol yang telah beroperasi ini mulai dari Kartasura-Sragen sepanjang 35 kilometer. Itu artinya, tarif yang berlaku untuk jarak terjauh sebesar Rp 35.000.
Tarif yang berlaku telah mengikuti sistem pentarifan terbaru berdasarkan rasionalisasi dan penyederhanaan golongan.
"Jadi rencananya kami merencakan pada 17 Juli, hari Selasa pukul 00.00 WIB sudah diberlakukan tarif semua golongan, karena kami sudah melakukan sosialisasi sejak tanggal 26 kemarin," kata Direktur Utama PT Jasamarga Solo Ngawi David Wijayatno kepada Kompas.com, Sabtu (14/7/2018).
https://properti.kompas.com/read/2018/07/15/140000721/solo-ngawi-jadi-tol-pertama-yang-didukung-vgf