Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengatakan, model pembiayaan seperti itu telah dipraktikkan di China.
“Kalau dilihat negara lain membangun jalan tol, misalnya di China, membagi pembangunan jalan tol komersial yang dioperasikan perusahaan,” ucap Herry dalam jumpa pers, Rabu (11/7/2018) di Jakarta.
Dia menambahkan, di China model itu disebut long term operated toll road atau jalan tol yang dibiayai pemerintah melalui pinjaman jangka panjang.
Cara yang mirip, ujarnya, juga dilaksanakan di Afrika Selatan yang mempunyai jenis jalan tol yang berbeda.
“Afrika Selatan punya jalan tol yang private dan public,” kata Herry.
Begitu pula dengan di Denmark, tambahnya, yang mempunyai skema sama dengan yang dilakukan terhadap PT Hutama Karya (Persero) selaku kontraktor pelaksana.
Dalam hal ini BUMN di Denmark membangun jalan hingga ke negara lain, tetapi dibiayai oleh negara.
“Di Denmark punya state guarantee model dengan skema yang sama, membangun jalan dari Denmark ke negara lain. Dilakukan oleh BUMN-nya, tapi dibiayai negara,” imbuhnya.
Herry menuturkan, Hutama Karya bertindak bukan atas nama korporasi, melainkan atas nama pemerintah.
“Bagaimana inovasi yang kita lakukan, ada cross subsidi, cash deficiency yang menjamin sehingga pinjamannya aman, pinjaman luar negeri, direct lending, dan lain-lain. Jadi laboratorium financing juga,” kata Herry.
https://properti.kompas.com/read/2018/07/11/200441521/model-pendanaan-tol-trans-sumatera-tiru-china