JAKARTA, KOMPAS.com - Gencar dan masifnya pembangunan infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia tidak lepas dari peran seorang Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Dialah yang mendapat tugas dan tanggung jawab dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk merealisasikan salah satu program Nawacita, yakni pembangunan sarana dan prasarana umum, termasuk jalan, jembatan, sanitasi, bendungan, dan irigasi.
Peran dan tanggung jawab itu dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penyelesaian yang terangkum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) hingga 2019.
Salah satu pembangunan infrastruktur yang menonjol dan mendapat perhatian luas publik adalah yang terkait konektivitas, terutama jaringan Jalan Arteri dan Tol Trans-Jawa.
Khusus jaringan Jalan Tol Trans-Jawa dirancang membentang mulai dari Merak di Banten hingga Banyuwangi di Jawa Timur sepanjang 1.150 kilometer dan ditargetkan selesai tahun 2019.
Namun, untuk saat ini yang sudah tersambung dari Merak sampai Pasuruan, Jawa Timur, sepanjang 920 kilometer.
Hal itulah yang mendorong Jokowi memberi sebutan khusus kepadanya sebagai Daendels baru.
Sebagaimana diketahui, Maarschalk Herman Willem Daendels (Daendles) merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang menginisiasi dan memerintahkan pembangunan jalan mulai dari Anyer di Banten sampai Panarukan di Jawa Timur.
Dia menamakan proyek ini sebagai Jalan Raya Pos (Groote Postweg, The Great Post Road) pada tahun 1808.
Jokowi mengibaratkan Basuki sebagai Daendels zaman sekarang karena berperan membangun infrastruktur jalan yang menyambungkan wilayah di barat dan timur Pulau Jawa.
"Jadi Merak ke Banyuwangi selesai. Ini ada Daendels baru, yaitu Menteri PUPR. Kalau dulu Daendels dari Anyer ke Panarukan, sekarang dari Merak ke Banyuwangi," ujar Jokowi sambil bercanda seusai meresmikan Jalan Tol Rembang-Pasuruan, Jumat (22/6/2018).
Mengenal Basuki
Mendapat julukan tersebut, Basuki yang murah senyum dan kerap bekerja dalam sunyi hanya tertawa dengan paras yang tetap menampakkan kebersahajaannya.
Berkali-kali Kompas.com menyinggung tentang kontribusinya yang luar biasa signifikan bagi penyediaan infrastruktur konektivitas di Indonesia, Basuki hanya menjawab dengan senyum.
Tak sekali pun terlontar dari bibirnya kata-kata yang menunjukkan bahwa dirinya pribadi "mahapenting". Berkali-kali pula Basuki mengatakan, "Ini semua kerja sama dari team work yang solid."
Pun ketika dia dituding dan disalahkan sebagai pihak paling bertanggung jawab atas terjadinya insiden macet total saat mudik Lebaran 2016 menjelang pintu keluar Brebes atau Brebes Exit (Brexit), tak ada reaksi berlebihan.
Sebaliknya, dia meminta maaf dan dengan rendah hati mengakui banyak kekurangan yang harus diperbaiki.
Permintaan maaf Basuki ini kemudian ditunjukkannya melalui kerja keras hingga berbuah lancarnya penyelenggaraan mudik 2017.
Kemudian, pria kelahiran 5 November 1954 yang juga anak tentara ini meraih gelar Master dan Doktor Teknik Sipil dari Colorado State University, Amerika Serikat.
Dari penjelasannya, Basuki mengaku sudah berkarier di Kementerian PUPR lebih dari 30 tahun. Waktu yang sangat panjang untuk dapat dikatakan sebagai seorang pejabat senior dan ahli di bidangnya.
Sejumlah posisi penting pernah diembannya, mulai dari Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air, Kepala Balitbang PU (2005-2007), Inspektorat Jenderal PU (2007-2013), dan Dirjen Penataan Ruang (2013-2014).
Kembali pada pembangunan infrastruktur konektivitas, menurut Basuki, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh jajarannya. Terlebih untuk tahun fiskal 2018 dengan anggaran Rp 107,3 triliun yang harus diserap maksimal dengan kualitas tinggi.
Begitu luasnya cakupan kerja kementerian yang dipimpinnya, masih banyak tanggung jawab yang harus ditunaikan hingga masa jabatannya berakhir, kelak setahun lagi.
https://properti.kompas.com/read/2018/06/23/120527721/mengenal-basuki-hadimuljono-sosok-daendels-zaman-modern