Jaringan tol ini membentang dari Merak di Banten hingga Pasuruan di Jawa Timur sepanjang 1.167 kilometer. Dengan melintasi Tol Trans-Jawa, impian para pemudik untuk berbagi kebahagiaan dengan sanak saudara bisa terwujud lebih cepat.
Belum ada yang memungkiri, efektivitas dan efisiensi dengan menggunakan jaringan Tol Trans-Jawa adalah tujuan para perindu tempat kelahiran.
Namun, tahukah Anda, bahwa sejatinya masih terdapat dua opsi jalur lain yang menawarkan nilai lebih dari sekadar efektivitas dan efisiensi?
Jalur Pantai Selatan Jawa (Pansela) adalah salah satunya, selain Jalur Pantai Utara (Pantura). Tim Merapah Trans-Jawa Kompas.com menyusuri Pansela pada Senin (11/6/2018).
Kami memutuskan tidak menyusuri Pansela hingga Banten, melainkan berbelok ke utara menuju jalur tengah dengan melintasi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan mengakhir perjalanan di Kabupaten Pekalongan di Pantai Utara Jawa (Pantura).
Ciamik
Tak seperti Tol Trans-Jawa yang tengah jadi buah bibir, jalan satu ini lebih redup pamornya. Padahal, keberadaannya justru lebih awal daripada Jalan Pos yang membentang dari Anyer sampai Panarukan.
Dari penelusuran sejarah, Tim Merapah Trans-Jawa Kompas.com mendapati jalur ini sudah ada sejak abad ke-4. Ini merupakan jalur upeti kerajaan di Pulau Jawa.
Nama Daendels yang diterakan untuk jalur di selatan tersebut merujuk pada nama Augustus Dirk Daendels, asisten residen Ambal, wilayah pecahan dari Bagelen—sekarang masuk wilayah Kabupaten Purworejo—yang menjabat pada 1838.
Pemasangan nama baru tersebut memang sengaja dilakukan untuk meredupkan pamor Diponegoro dan memori tentangnya.
Informasi soal Daendels yang ini antara lain bisa didapat dari Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar, terbitan 1839.
Untuk membedakan dengan Jalan Daendels yang membentang dari Anyer hingga Panarukan, pemerintah kolonial Hindia Belanda menyebut Jalan Daendels selatan sebagai “Jalan Utama”.
Menyusuri Jalan Daendels yang ini sama halnya dengan menguarkan memori yang kami koleksi usai menempuh perjalanan panjang 761 kilometer Tol Trans-Jawa Jakarta-Pasuruan selama empat hari sebelumnya.
Teduh dirimbuni pepohonan di kiri dan kanan jalan. Trek lurus ditingkahi kelokan tajam, dan sedang serta turunan dan tanjakan, tak membosankan.
Aktivitas warga yang tengah bersepeda ontel, petani mencangking hasil garapan, serta penjaja sayur yang menyambangi satu rumah ke rumah lainnya seraya bercengkerama adalah keseharian yang mendamaikan.
Wajah-wajah bersahaja dengan senyum tulus, menyapa Tim Merapah Trans Jawa.
Tak hanya itu, sederet lokasi wisata pantai memesona siap menyambut para pemudik bila melalui jalur ini.
Pantai-pantai di kawasan pesisir selatan di wilayah ini bisa pemudik nikmati untuk menghilangkan rasa lelah.
Di Kabupaten Kebumen terdapat Pantai Menganti dan Pantai Bopong.
Lanjut ke Kabupaten Purworejo, pemudik bisa menikmati indahnya Pantai Jetis dan Pantai Jatimalang. Berikutnya, ada Pantai Nampu dan Waduk Gajahmungkur di Kabupaten Wonogiri.
Imbauan pemerintah kepada para pemudik agar melintasi jalur pansela Jawa itu antara lain karena kondisi infrastruktur jalannya sudah lebih baik.
"Kondisi fisiknya bagus dan mantap," ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dalam beberapa kali kesempatan terkait persiapan Mudik Lebaran 2018. Salah satu ruas jalan di pansela Jateng yang sudah selesai dikerjakan yaitu ruas Giriwoyo-Duwet. Panjangnya lebih kurang 23,7 kilometer yang pembiayaannya dilakukan dengan kontrak multiyears 2015-2017.
Sumber dananya berasal dari Islamic Development Bank (IDB) senilai Rp 192 miliar melalui program Regional Road Development Project (RRDP).
Pembangunannya dimulai dari Oktober 2015 dan sudah diselesaikan pada akhir 2017 dengan biaya Rp 203 miliar.
Sementara untuk pemeliharaannya dikerjakan oleh kontraktor PT Hutama Karya (Persero) hingga Desember 2019.
Saksikan video reportase perjalanan mudik Tim Merapah Trans Jawa berikut ini:
https://properti.kompas.com/read/2018/06/12/084659821/menjejaki-daendels-di-jalur-pantai-selatan-jawa