Pada Jumat (1/6/2018), Mothercare mesti merelakan 50 gerainya di Negeri Big Ben gulung tikar.
Hal itu menyusul persetujuan pemilik lahan atau landlords atas langkah company voluntary arrangement (CVA) yang ditempuh Mothercare.
Asal tahu saja, CVA adalah upaya menyelamatkan bisnis terancam karam dengan cara mengurangi biaya sewa dengan tuan tanah.
Dalam kesepakatan CVA, Mothercare mendapat keringanan biaya sewa sebesar 65 persen pada 50 gerai yang tumbang tersebut.
Interim Executive Chairman Mothercare Clive Whiley mengatakan, kesepakatan CVA merupakan langkah krusial untuk menyelamatkan Mothercare dari kepunahan.
"Kami dapat mempercepat transformasi bisnis Mothercare," ucapnya kepada The Guardian, Sabtu (2/6/2018).
Whiley melanjutkan, tahapan penyelamatan Mothercare berikutnya adalah menghimpun dana segar 28 juta Poundsterling dari para investor.
Dana itu kelak bisa dipakai untuk mencicil utang dan membiayai operasional Mothercare.
Peritel konvensional mesti bergelut dengan perubahan cara berbelanja konsumen pada era digital.
Belum lagi, perlambatan ekonomi masih menghantui Negeri Ratu Elizabeth pasca Brexit.
Sebelumnya, peritel ternama seperti Marks and Spencer, Debenhams, Dorothy Perkins, Maplin, Toys R Us juga tergulung tsunami ritel.
Mereka mesti melepas aset propertinya dan mengurangi karyawan untuk bertahan hidup.
Marks and Spencer, sebagai contoh, mesti menutup 100 tokonya. Penutupan itu rencananya dilakukan mulai saat ini hingga 2022 mendatang.
https://properti.kompas.com/read/2018/06/02/124250921/50-gerai-mothercare-resmi-bangkrut