Pada Rabu (16/5/2018), Starbucks resmi mengungkapkan ambisinya untuk menggarap China sebagai lumbung penghasilan mereka.
Diwartakan CNN Money, peritel asal Seattle, Amerika Serikat, itu berhasrat membuka 3.000 toko baru di China hingga beberapa tahun ke depan.
Jika saat ini mereka memiliki sedikitnya 3.000 gerai di Negeri Panda maka angka tersebut bakal menjadi 6.000 unit pada 2022 mendatang.
Itu artinya Starbucks membuka satu toko setiap 15 jam. Sebuah nilai signifikan bagi peritel yang baru saja tergulung skandal toilet dan isu rasial itu.
Langkah Starbucks menguasai China memang tak akan mudah. Bagaimana tidak, penduduk China selama ini dikenal sebagai penggila teh, bukan kopi.
Namun, Starbucks tetap percaya diri atas kemampuannya. Bahkan, mereka mencanangkan pendapatan dapat bertambah 3 kali lipat di China pada periode 2017 hingga 2022.
"Starbucks berupaya mendongkrak budaya minum kopi di China, yang mana hasilnya akan terlihat dalam jangka panjang dan berkelanjutan hingga beberapa dekade ke depan," tutur Chief Executive Starbucks Kevin Johnson.
Sekadar informasi, pada Desember 2017, Starbucks membuka gerai terbesar sedunia di Shanghai. Rupanya, itu adalah pintu masuk misi besar Starbucks menggenggam China.
China juga menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat bagi Starbucks. Bahkan, mampu mengalahkan pertumbuhan di negeri asalnya sendiri.
Pendapatan Starbucks di China dan Asia Pasifik melonjak 54 persen pada kuartal terbaru.
Sementara itu, pendapatan mereka di Amerika Serikat, Kanada, serta Amerika Latin hanya bertumbuh satu digit, terpatok di angka 8 persen.
https://properti.kompas.com/read/2018/05/17/170000621/kuasai-china-starbucks-berambisi-buka-3.000-toko-baru