LONDON, KOMPAS.com - Awan kelabu tengah menggerayangi peritel perlengkapan bayi Mothercare. Masalah datang silih berganti dan masih buram muaranya.
Alih-alih mengenyam nikmat berbisnis di tahun shio anjing tanah ini, Mothercare justru mesti berperang melawan karam.
Beberapa waktu lalu, Mothercare telah menempuh upaya menyelamatkan diri dari kebangkrutan.
Proses keramat bernama company voluntary arrangement (CVA) mesti ditempuh seiring keroposnya bisnis.
Asal tahu saja, CVA adalah upaya mengurangi biaya sewa dengan pemilik pusat belanja. Dengan begitu, diharapkan peritel punya ruang fiskal lebih longgar untuk meneruskan bisnis.
Sejumlah peritel telah menjadi "pasien" CVA di Inggris, antara lain Toys R Us, Maplin, New Look, dan Debenhams.
Pihak Mothercare menyebut, badai kelesuan ritel terasa semakin kencang sejak akhir tahun lalu.
Libur panjang akhir tahun tak mampu dilalui Mothercare dengan mulus. Fulus pun melayang jauh. Jurang kebangkrutan kian dekat mengancam.
"Saat ini, kami tengah berupaya mencari sumber pendanaan tambahan sebagai langkah penyelamatan bisnis," ujar Mothercare terkait sengkarut bisnisnya.
Krisis manajerial lantas menghampiri seiring temaramnya masa depan perusahaan. Chief Executive Officer Mark Newton-Jones mesti meletakkan jabatannya.
Ia lempar handuk dan resmi digantikan oleh David Wood, seorang eksekutif untuk Kmart, department store asal Amerika Serikat.
Chairman Mothercare Alan Parker optimistis, terpilihnya Wood akan menjadi titik balik bagi peritel yang tengah sakit tersebut.
“Kami memiliki manajer liga utama untuk pekerjaan krusial. Wood memiliki rekam jejak hebat menangani sejumlah merek internasional,” cetus Parker.
Lebih lanjut, Parker meyakini Mothercare masih memiliki masa depan cerah. Meskipun, bisnis mereka lagi terombang-ambing.
Angka merah
Baru beberapa pekan menjabat, Wood menghadapi kenyataan pahit. Kinerja perusahaan jeblok per periode yang berakhir Maret 2018 lalu.
Kelesuan ritel menggulung Mothercare lebih dalam lagi.
Laporan kinerja terbaru Mothercare menunjukkan terjun bebasnya laba sebelum pajak hingga 95 persen. Hingga Maret, Mothercare hanya mampu mencetak laba sebesar 1 juta Poundsterling.
Kondisi itu tentu menjadi alarm keras bagi Wood dan jajarannya. Kerja keras mesti dilakukan agar bisnis Mothercare bisa merekah lagi.
Langkah penyelamatan juga terus digulirkan Mothercare. Peritel itu telah mendapat dukungan KPMG untuk mengelola bisnisnya.
Dikabarkan pula Mothercare bakal mendapat sokongan dana dari HSBC dan Barclays.
Meski kondisi bisnis sedang redup, namun Mothercare dinilai masih prospektif untuk bangkit.
"Mothercare benar-benar menghadapi rangkaian tantangan saat ini. Akan tetapi, masih ada harapan bagi merek ternama itu," ungkap analis Shore Capital, Clive Black.
https://properti.kompas.com/read/2018/05/13/230013821/krisis-mothercare-dari-bos-pamit-hingga-laba-jeblok