Hal itu diketahui dari survei Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Triwulan I-2018 yang dirilis Bank Indonesia (BI), Rabu (9/5/2018).
Secara tahunan, indeks harga properti juga meningkat dari 3,5 persen pada Triwulan IV-2017 menjadi 3,69 persen.
"Indeks harga properti residensial pada triwulan I-2018 berada pada level 204,21 atau meningkat sebesar 1,42 persen, lebih tinggi dibandingkan 0,55 persen pada triwulan sebelumnya," demikian tulis BI dalam laporannya yang dikutip Kompas.com, Jumat (11/5/2018).
Dari hasil kajian, diketahui kenaikan harga bahan bangunan mencapai 35,07 persen. Sementara, kenaikan upah pekerja mencapai 21,21 persen. Kedua faktor itulah yang mendorong kenaikan harga rumah pada tiga bulan terakhir.
Kenaikan harga properti residensial diketahui terjadi di seluruh tipe rumah. Kenaikan tertingi terjadi pada rumah tipe kecil sebesar 2,3 persen.
Sementara, rumah tipe menengah mengalami kenaikan 1,31 persen dan tipe besar 0,64 persen. Dari sisi wilayah, Surabaya menjadi kota dengan kenaikan harga rumah tertinggi sebesar 3,97 persen, terutama untuk tipe kecil (6,17 persen).
Adapun kenaikan harga rumah secara tahunan yang tertinggi juga untuk tipe kecil yaitu 6,07 persen. Sama seperti hasil survei tiga bulanan, Surabaya menduduki kenaikan harga rumah tertinggi mencapai 7,12 persen.
"Kenaikan harga rumah di wilayah Surabaya didukung oleh pembangunan berbagai sarana infrastruktur yaitu jalur baru seperti proyek di sisi barat (jalur penyangga di Jalan Ahmad Yani), Middle East Ring Road (MERR) II-C, Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB), dan Jalan Lingkar Luar Timur (JLLT)," tulis BI.
https://properti.kompas.com/read/2018/05/11/110000521/harga-rumah-naik-1-42-persen