Keberadaan jalan bebas hambatan sepanjang 10,6 kilometer yakni jalan Tol Soreang – Pasir Koja (Soroja) mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Bandung Selatan, khususnya warga Soreang hingga Pataruman, Kopo, dan Margaasih.
Kehadiran Tol Soroja tersebut memungkinkan perjalanan dari Kota Bandung menuju Soreang atau sebaliknya hanya butuh waktu kurang dari 15 menit. Hal tersebut memangkas jarak tempuh Bandung Selatan dengan Kota Bandung yang sebelumnya bisa mencapai 1,5 jam.
Imbasnya, konektivitas dan mobilitas sektor ekonomi dari dan menuju Bandung Selatan semakin tinggi. Dengan potensi wisata alam yang melimpah, Bandung selatan pun memiliki prospek bagus bagi masyarakat sekitar, termasuk Jakarta dan daerah lainnya.
Kepadatan penduduk Kota Bandung sendiri kini membuat masyarakatnya mulai mencari alternatif lokasi baru untuk hunian. Salah satunya daerah yang memiliki akses mudah, lingkungan nyaman dengan fasilitas publik lengkap, seperti wilayah Bandung Selatan. Belum lagi bisnis Industri tekstil Bandung Selatan semakin berkibar karena waktu tempuh pengiriman barang akan semakin efektif.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda di acara Golden Property Insight di PodomoroPark, Buahbatu, Bandung, Sabtu (29/04/2018) lalu, mengatakan bahwa Bandung Selatan memiliki banyak potensi alam yang masih asri. Sektor pariwisata di kawasan ini pun sebagian besar sangat menarik untuk mendongkrak bisnis propertinya tumbuh lebih baik.
"Bandung Selatan akan menjadi kawasan potensial bisnis properti sehingga makin banyak pengembang mulai berinvestasi di sini," imbuh Ali.
Kondisi pasar properti Indonesia tahun ini, papar Ali, diprediksi cerah dan prospektif. Dia menilai dampak tahun politik hanya sebagai faktor sementara yang akan mempengaruhi siklus besar pasar properti.
Ali mencatat, walau kemungkinan pada kuartal II-2018 akan melandai terkait spekulasi kondisi politik di Tanah Air menjelang pemilu, pasar properti Indonesia akan terus mengalami kenaikan dalam kurun waktu satu tahun ke depan.
"Tahun politik tapi properti masih menarik, terlebih lagi ini adalah investasi jangka panjang,” kata Ali.
Tahun ini salah satu pengembang besar yang ikut memekarkan bisnisnya di Bandung Selatan adalah PT Agung Podmoro Land Tbk (APLN). APLN tengah bersiap mengembangkan Podomoro Park di lahan seluas 100 hektare (ha) di Kecamatan Buahbatu.
Pada tahap awal, proyek ini terdiri dari tiga klaster, yaitu (deluxe) Amagriya Eka dan Amagriya Dwi dengan ukuran kaveling mulai dari 6 x 15 m2, serta klaster (premium) Anapuri Eka dengan ukuran tanah mulai dari 8 x 20 m2. Seluruh tipe akan berupa bangunan dua lantai yang harga mulai Rp1 miliar per unit.
"Ada sekitar 10 hektar diperuntukkan untuk proyek komersial yang mendukung kawasan perumahan ini, mulai lintasan joging, kolam renang, pusat kebugaran, dan lainnya. Sekitar 50 persen lahan proyek ini akan kami dedikasikan untuk kawasan terbuka hijau dan danau," kata Assistant Vice President Strategic Residential Agung Podomoro Land, Agung Wirajaya.
Agung mengaku optimistis proyek terbarunya ini bisa menjadi salah satu pilihan investasi menarik, apalagi Bandung makin menjadi salah satu kota terpadat di Indonesia. Proyek yang dirilis pada kuartal I-2018 ini, lanjut Agung, merupakan salah satu langkah APLN memberikan dukungan perkembangan dan pembangunan Bandung Selatan.
Podomoro Park sendiri bukan proyek pertama APLN di Bandung, karena pengembang ini sudah pernah mengembangkan sejumlah proyek, antara lain Pullman Bandung City Center, Parahyangan Residence di Bandung Utara, Braga City Walk dan Festival Citylink.
https://properti.kompas.com/read/2018/05/02/144112721/akses-dan-pariwisata-dorong-investasi-properti-di-bandung-selatan