Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Selamatkan Bangunan Tua, Google Luncurkan Model 3D

Hampir tiga tahun kemudian kota tersebut mengalami kehancuran terus-menerus. Bersamaan dengan penderitaan dan korban jiwa yang tak terhitung, Kuil Baalshamin, Menara Elahbel dan Palmyra Castle juga ikut lenyap.

Hal ini membuat Ben Kacyra bertemu dengan organisasi nirlaba CyArk. Selanjutnya, sebuah kemitraan antara Google Arts and Culture dan CyArk (kependekan dari cyber archive) yakni Open Heritage, pun lahir.

Kemitraan ini bertujuan untuk membawa pengarsipan 3D yang paling luas dan terperinci terhadap keajaiban arkeologi yang terancam keberadaannya.

Namun, bukan kebetulan yang membuat Kacyra memilih pengarsipan 3D canggih sebagai alat pilihannya.

Bertahun-tahun sebelumnya, ia telah membantu menciptakan pemindai LiDAR pertama, yang menggunakan laser ringan untuk membuat gambar mendetail dari adegan tertentu dengan kecepatan yang belum ada terjadi sebelumnya.

Kacyra melihat bahwa teknologi ini dapat digunakan untuk melestarikan pengetahuan tentang situs dan monumen yang menghadapi risiko kehancuran dari perilaku manusia serta bencana alam seperti gempa bumi dan banjir.

Open Heritage akan membuka akses ke situs-situs ini dalam dua cara. Pertama, melalui arsip online yang bertujuan untuk memberi akses visual ke total 26 situs kepada orang-orang di seluruh dunia, mulai dari Pompeii di Italia hingga istana Al-Azem Suriah.

Data juga akan terbuka, yang berarti bahwa para peneliti dan arkeolog dapat memanfaatkan karya CyArk dalam kegiatan mereka sendiri.

"Kami ingin memastikan ini dapat diakses oleh siapa saja, apakah mereka sedang menelepon, menunggu bus, atau di rumah menggunakan komputer berteknologi tinggi," kata Chance Coughenour, seorang arkeolog digital yang mengelola proyek tersebut dari Google.

"Beberapa batas yang menarik adalah dalam realitas virtual dan augmented reality dan kami bersemangat untuk melihat jenis pengalaman apa yang dapat dilakukan oleh orang-orang di sekitar warisan budaya," ujar Ketua dan CEO CyArk John Ristevski.

CyArk terutama menggunakan kombinasi fotogrametri dan pemindaian LiDAR untuk membangun gambar setiap situs.

Mengirimkan sinar laser, yakni prinsip dasar yang sama seperti radar dan sonar, LiDAR dengan cepat membangun gambar yang rinci dan bertekstur dari suatu lingkungan yang dikenal sebagai 'titik awan' dengan mengukur jumlah waktu yang diperlukan laser untuk kembali

Fotogrametri, di sisi lain, menggunakan foto untuk membuat gambar ruang secara 3 dimensi. Algoritme memperlihatkan gambar yang berbeda dari suatu lingkungan, baik dari kamera genggam atau dari drone, untuk membuat replika struktur.

"LiDAR masih merupakan landasan untuk pengambilan data dan merupakan satu-satunya metode pada tahun-tahun awal organisasi sebelum fotogrametri digital menjadi lebih umum," kata Ristevski.

Hari ini, meskipun akurasi fotogrametri digital lebih murah, LiDAR masih merupakan metode paling akurat yang dimiliki untuk menangkap geometri dan setiap titik akurat hingga sekitar 5 mm.

Pada Agustus 2016, gempa bumi melanda kota Bagan di Myanmar. CyArk baru saja melakukan kunjungan lapangan pertama ke kota kuno yang merupakan pusat politik, ekonomi, dan budaya Kekaisaran Pagan dari 1044 ke 1287 tersebut.

Hal ini dilakukan untuk membantu Unesco dan Departemen Arkeologi Myanmar dengan upaya konservasi.

Dibangun di atas sesar seismik, ratusan kuil rusak akibat gempa. Tetapi, CyArk mampu memberikan bukti terperinci tentang tingkat kerusakannya.

Dalam aplikasi tersebut, pemirsa dipandu melalui setiap situs dengan ikhtisar ekspedisi yang menetapkan adegan untuk film dokumenter digital CyArk, dan pengenalan ke situs dan sejarahnya.

Dari sini, bangunan ini menjadi gambar 360 derajat dari struktur Bagan yang paling mengesankan.

https://properti.kompas.com/read/2018/05/01/150000721/selamatkan-bangunan-tua-google-luncurkan-model-3d-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke