Kendati cukup panjang, namun terowongan tersebut tidak dilengkapi dengan pintu darurat apabila sewaktu-waktu terjadi kondisi darurat.
Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, meski tidak ada pintu darurat, terowongan tersebut cukup aman.
Pasalnya, terowongan kembar itu dibangun dengan standar kontruksi terowongan Jepang.
“Sesuai code Jepang untuk terowongan 472 meter itu tidak ada,” kata Basuki saat meninjau lokasi pembangunan, Kamis (26/4/2018).
Kalaupun nantinya terjadi kondisi darurat, ia memastikan, proses evakuasi terhadap korban tidak akan memakan waktu lama, sehingga pintu darurat pun tidak diperlukan.
Saat ini, proses pembangunan dengan diameter 14 meter itu masih terus dilaksanakan. Untuk terowongan pada sisi kanan saat ini sudah tembus hingga mencapai 280 meter. Adapun untuk sisi kiri sudah mencapai 376 meter.
“Mudah-mudahan Agustus (sisi kiri) sudah tembus, (sisi kanan) akhir 2018,” kata dia.
Terowongan kembar ini berada di Desa Cilengser, tepatnya di Seksi II Ranca Kalong-Sumedang. Pemerintah mendanai pembangunan Seksi I dan II Tol Cisumdawu sebagai bentuk Viability Gap Fund (VGF) untuk meningkatkan kelayakan investasi tol tersebut.
Dana tersebut diperoleh pemerintah dari Pemerintah China sebesar Rp 5,7 triliun yang diberikan dalam tiga fase.
Adapun untuk Seksi I Cileunyi-Ranca Kalong anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 2,2 triliun. Sementara pembangunan Seksi II membutuhkan anggaran Rp 3,5 triliun.
Pembangunan terowongan kembar sendiri menghabiskan anggaran Rp 890 miliar yang dananya bersumber dari pinjaman fase kedua.
https://properti.kompas.com/read/2018/04/27/150339621/terowongan-tol-cisumdawu-tak-dilengkapi-pintu-darurat