Sebab, sebagaimana diwartakan Bloomberg, Jumat (27/4/2018), GNC akan menutup sedikitnya 200 toko dalam waktu dekat.
Penutupan gerai tersebut karena perusahaan mesti menghadapi gulungan utang yang mencapai 1 miliar dollar AS.
Seiring penutupan toko, GNC juga telah mengambil langkah restrukturisasi utang.
Februari silam, GNC mengumumkan investasi 300 juta dollar AS dari Harbin Pharmaceutical Group Holding Co. untuk memperluas pasar di China.
Selain itu, manajemen GNC berupaya mengubah ketentuan dan memperpanjang jatuh tempo utang yang sedianya berakhir Maret 2019.
Sekadar informasi, pendapatan bersih GNC terus merosot beberapa waktu terakhir.
Pada kuartal pertama 2018, GNC mencatat pendapatan bersih sebesar 6,2 juta dollar AS. Nilai tersebut jauh lebih kecil dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 24,7 juta dollar AS.
Adapun kabar duka dari GNC ini menyebar hampir bersamaan dengan tumbangnya gerai restoran cepat saji Subway.
Sebanyak 500 gerai Subway di seluruh penjuru Negeri Paman Sam bersiap gulung tikar.
Padahal, pada 2017, gerai Subway di Amerika Serikat juga telah menyusut sedikitnya 900 cabang.
"Menyambut beberapa dekade ke depan, kami bakal mengoperasikan gerai yang lebih kecil namun peluang labanya besar. Kami juga akan menggarap lebih agresif pasar di luar Amerika Serikat," demikian pernyataan resmi pihak Subway.
https://properti.kompas.com/read/2018/04/27/100000621/200-toko-gnc-gulung-tikar