Kondisi itu sebagaimana dialami restoran cepat saji asal Amerika Serikat, Subway.
Diwartakan USA Today, Kamis (26/4/2018), sebanyak 500 gerai Subway di seluruh penjuru Negeri Paman Sam bersiap gulung tikar.
Padahal, pada 2017, gerai Subway di Amerika Serikat juga telah menyusut sedikitnya 900 cabang. Jumlah toko tutup tersebut 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.
Kian ketatnya persaingan bisnis makanan diyakini berdampak pada eksistensi bisnis Subway.
Sejumlah pesaing terdekat, misalnya McDonald's terus menunjukkan kedigdayaannya dan membuat Subway terjungkal.
"Menyambut beberapa dekade ke depan, kami bakal mengoperasikan gerai yang lebih kecil namun peluang labanya besar. Kami juga akan menggarap lebih agresif pasar di luar Amerika Serikat," demikian pernyataan resmi pihak Subway.
Chief Executive Officer Subway Suzanne Greco telah memastikan Amerika Serikat bukan lagi pasar utama mereka.
Pada masa mendatang, Subway merencanakan pembukaan 1.000 gerai di sejumlah negara, antara lain Meksiko, Inggris, Jerman, Korea Selatan, India, dan China.
Menurut Bob Phibbs, analis The Retail Doctor, tumbangnya 500 gerai Subway amat lumrah.
"Masyarakat tak lagi suka dengan apa yang ditawarkan Subway. Karena itulah, mereka terus menutup gerainya dan kini berupaya meraih simpati internasional," cetus Bob.
Sekadar informasi, Subway adalah peritel yang didirikan oleh Fred DeLuca dan Peter Buck pada 1965.
https://properti.kompas.com/read/2018/04/26/110000121/peritel-makanan-ikut-berguguran-500-gerai-subway-tumbang