Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memakai TOD, Mengurangi Kemacetan dari Pinggir Jakarta

Upaya mengajak warga beralih ke angkutan umum akan semakin efektif tergantung dengan jaringan pada simpul dan daerah pelayanannya. Jika itu bisa terwujud, penggunaan waktu perjalanan orang di tengah kota semakin efektif.

Pengamat perkotaan, Yayat Supriatna, mengatakan, jika TOD dikembangkan di daerah pinggiran atau daerah penyangga ibukota yang arahnya ke dalam kota, cara ini bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi selama sarana yang disediakan menjamin kenyamanan.

Pemerintah Indonesia menargetkan 1,2 juta orang akan berpindah dari kendaraan pribadi jika kereta ringan (LRT) sudah beroperasi. Menurut Yayat, hal itu bisa saja terjadi jika sarana dan prasarana pendukung seperti ruang tunggu, terminal dan akses untuk mencapainya mudah dan nyaman.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik DKI Jakarta tahun 2015, jumlah kendaraan pribadi di DKI Jakarta lebih dari 18,6 juta unit. Pengguna angkutan umum di Ibu kota baru mencapai 24 persen, sedangkan pergerakan orang di Jabodetabek mencapai 47,5 juta hingga 50 juta orang.

Setiap hari ada 1,4 juta pelaju dari daerah sekitar Ibu Kota. Kecenderungan perluasan di wilayah Jabodetabek yang pesat, secara signifikan meningkatkan biaya transportasi, mengurangi tingkat mobilitas, dan menurunkan kualitas hidup.

Yayat menambahkan, sedikit banyaknya masyarakat yang beralih ke transportasi umum tergantung jumlah penduduk dan wilayah yang dilayani.

"TOD seharusnya bisa mengintegrasikan antarmoda. Jika ini bisa diwujudkan, tentu akan semakin banyak masyarakat yang beralih menggunakan angkutan umum," jelas Yayat, Kamis (19/4/2018).

"Kemungkinan yang berpindah dengan adanya TOD ini kita anggap sekitar 20 sampai 30 persen dari perjalanan warga Jabodetabek yang mencapai 50 juta perjalanan," tambahnya.

Di satu sisi Yayat menilai manfaat TOD cukup besar. Selain bisa ikut mengatasi masalah lalu lintas, TOD juga berpotensi menumbuhkan perekonomian kawasan. Ke depan akan terjadi redistribusi fungsi, menjadikan wilayah luar jakarta sebagai kawasan bisnis, perkantoran dan sebagainya.

“Manfaatnya multifungsi. Bisa dikembangkan sebagai tempat tinggal, tempat usaha, atau kegiatan publik lainnya. Dengan model mixed used, orang bisa merasakan membeli apartemen yang aksesnya bisa langsung ke stasiun kereta api,” jelasnya.

Keberadaan TOD bisa membuat perjalanan dan waktu semakin efektif. Orang tak perlu lagi membeli mobil, membayar parkir mobil, lebih efektif menggunakan waktu dan perjalanan. Tetapi, TOD jangan dimonopoli oleh pengembang besar.

Yayat menilai kerjasama antara pemerintah dan swasta bagus dalam pengembangan TOD. Karena untuk kepentingan infrastruktur publik, kerjasama yang dilakukan bisa melalui Public Private Partnership, atau kerjasama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).  

"TOD bisa menjawab tantangan pengelolaan sistem transportasi dan hunian di masa depan, dengan catatan para pihak memperhatikan pemberdayaan dan kemampuan masyarakat menengah ke bawah untuk memiliki tempat tinggal di kawasan tersebut," ujar Yayat.

Untuk itulah, Yayat mengapresiasi rencana pemerintah mengembangkan TOD di daerah pinggiran Jakarta.

https://properti.kompas.com/read/2018/04/20/130600421/memakai-tod-mengurangi-kemacetan-dari-pinggir-jakarta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke