Riset yang dilakukan Kompas.com pada medio 7-11 April 2017 lalu terhadap 300 responden berusia 25-35 tahun menunjukkan, 73 persen di antarnya optimistis bisa membeli rumah sesuai target.
Tentunya ini menjadi potensi market yang besar untuk ditangkap, baik itu bagi developer selaku penyedia perumahan maupun perbankan sebagai penyalur kredit.
Dengan adanya bonus demografi yang melimpah, saat ini keberadaan generasi milenial dengan rentang usia 17-37 tahun mencapai 34,45 persen. Artinya, masih banyak dibutuhkan rumah baru untuk menjangkau kelompok ini.
Namun yang menjadi pertanyaan kemudian adalah seberapa besar kemampuan mereka dalam membeli rumah?
Riset ini menyasar kelompok milenial yang tinggal di tujuh kota besar. Mereka yang sering disebut urban milenial ini lebih optimistis untuk membeli hunian dengan kisaran harga Rp 100 juta sampai Rp 300 juta (58 persen).
Alasannya, kenaikan penghasilan yang mengikuti laju pertumbuhan inflasi sekitar 5-7 persen, tidak sebanding dengan lonjakan harga rumah dan tanah yang berkisar 20-30 persen.
Melihat kisaran harga tersebut, tentunya sulit bila ingin mencari hunian di tengah kota. Pilihan paling memungkinkan yaitu mengikuti program pemerintah melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) atau mencari rumah di daerah satelit perkotaan.
Bila di daerah Jakarta, maka kawasan satelitnya berada di kisaran Bekasi, Karawang, Depok, Tangerang, dan Bogor.
Di kawasan ini, memang cukup banyak bertebaran hunian dengan kisaran harga tersebut. Misalnya perumahan Ambar Telaga 3 di Desa Bungur, Kabupaten Bogor yang dibanderol seharga Rp 141 jutaan untuk tipe 29/60.
Contoh lainnya yakni Taman Argo Subur di Jalan Raya Cisoka, Tangerang yang dibanderol untuk harga yang sama untuk tipe 30/60.
https://properti.kompas.com/read/2018/04/10/092529321/generasi-milenial-cenderung-ingin-membeli-rumah-di-pinggiran-jakarta