Riset yang dilakukan Kompas.com pada medio 7-11 April 2017 menunjukkan, 68 persen kalangan ini memilih untuk menabung di rekening pribadi bila memiliki uang berlebih.
Dengan catatan, seluruh kebutuhan bulanannya telah terpenuhi, baik itu kebutuhan rutin maupun cicilan pinjaman.
Riset yang dilakukan terhadap 300 responden di tujuh kota ini tidak memperdalam alokasi kelebihan dana yang ditabungkan. Hanya berdasarkan alasan mereka menabung, 20 persen di antaranya dialokasikan untuk membeli rumah.
Hal ini mengafirmasi hunian masih menjadi perhatian mereka. Di samping kegemaran mereka untuk berjalan-jalan atau mengunjungi tempat wisata tertentu guna memuaskan hasrat menunjukkan eksistensi diri di media sosial.
Dari sekitar 61 persen responden yang belum memiliki rumah, mereka melihat hunian yang cukup terjangkau untuk dibeli serentang Rp 100 juta hingga Rp 300 juta (58 persen).
Bila harga ini dikonversi dengan harga perolehan rumah di Jakarta, tentu harga tersebut dipatok untuk rumah di kawasan satelit DKI seperti Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bogor.
Kenaikan penghasilan yang tidak sebanding dengan lonjakan harga rumah menjadi tantangan utama bagi generasi milenial.
Sebagai gambaran, kenaikan penghasilan mendasarkan pada kenaikan inflasi yang berada di kisaran 5-7 persen. Sementara, kenaikan harga tanah dan rumah bisa mencapai 20-30 persen per tahun.
Bahkan, mereka rela memangkas pengeluaran konsumtif seperti jalan-jalan (68,3 persen), membeli gawai (59 persen), hingga nongkrong (38,1 persen), asal mereka bisa mencapai target untuk membeli rumah.
Sekadar informasi, jumlah generasi milenial dengan rentang usia 17-37 tahun mencapai 34,45 persen dari total penduduk Indonesia.
Artinya, ini merupakan pasar yang besar bagi developer dan perbankan untuk mewujudkan keinginan kelompok ini dalam memiliki hunian.
Dengan strategi yang tepat, generasi milenial tentu akan kepincut.
https://properti.kompas.com/read/2018/04/09/173000921/faktanya-generasi-milenial-punya-target-beli-rumah