Berada pada era digital membuat para peritel dan pengelola pusat belanja lebih kreatif untuk beradaptasi dengan tren yang sedang berlangsung.
"Saat ini, tingkat hunian berada di angka 88 persen dan proporsi sektor F&B (food and beverage) akan mengalami kenaikan menggantikan department store yang luasnya berkurang," ujar Head of Retail Cecilia Santoso di Jakarta, Rabu (4/4/2018).
Cecilia menuturkan, saat ini area F&B yang sebelumnya rata-rata sekitar 10 persen meningkat menjadi 20-30 persen di beberapa pusat perbelanjaan.
Dari segi permintaan, sektor ritel yang cenderung stabil selama triwulan I-2018 tidak terlalu menggambarkan dinamika pasar ritel yang juga mengalami sedikit perubahan atau transisi.
Program marketing yang atraktif, renovasi, dan perubahan konsep serta desain adalah usaha-usaha yang dilakukan peritel dan pengelola pusat belanja untuk menarik konsumen berkunjung.
Berdasarkan riset JLL, saat ini peningkatan harga sewa masih satu digit secara tahunan. Ini terjadi pada pusat belanja segmen premium.
Kinerja pasar ritel
Pada kuartal I-2018, rata-rata harga sewa mencapai Rp 499.084 per meter persegi per bulan.
Per segmen, harga sewa untuk kelas atas berkisar Rp 600.000 per meter persegi per bulan. Sementara untuk kelas menengah, harga sewa bertahan di Rp 300.000 per meter persegi per bulan.
Sementara untuk kelas bawah, harga sewa juga bertahan sedikit di atas Rp 200.000 per meter persegi per bulan.
Dibandingkan kelas menengah dan bawah, kelas atas diprediksi akan terus mengalami peningkatan hingga akhir 2022 dengan angka hampir mencapai Rp 800.000 per meter persegi per bulan.
Secara total, stok ruang ritel saat ini berjumlah 2,9 juta per meter persegi. Adapun untuk pasokan yang akan datang mencapai 173.000 meter persegi.
https://properti.kompas.com/read/2018/04/05/120000321/peritel-makanan-makin-agresif-gilas-peran-department-store-di-mal