JAKARTA, KOMPAS.com – Bisnis properti pada segmen-segmen tertentu diyakini bakal moncer pada tahun 2018 ini. Kendati pada saat yang sama tahun politik berjalan, namun hal tersebut hanya akan memberikan pengaruh tipis.
Di Jakarta, misalnya, pasar kondominium dan perkantoran diprediksi menjadi segmen yang paling berkilau. Di kawasan pusat bisnis atau central business district (CBD), titik balik tersebut sudah terlihat sejak akhir tahun lalu.
“Take up di 2017 itu sudah bisa dikatakan (naik) dua kali lipat dari 2016. Jadi jelas, GDP growth sudah bisa nendang, sudah bisa memberikan pertumbuhan yang lebih sehat dari pada 2016,” kata Head of Research DPP Real Estate Indonesia (REI) Handa Sulaiman dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (2/4/2018).
Hasil riset Cushman and Wakefield yang dikutip Handa menunjukkan, sewa perkantoran di kawasan ini mencapai 187.000 meter persegi atau naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan 2016 yang hanya 83.300 meter persegi.
Pada tahun ini, diprediksi sewa perkantoran kembali naik hingga 210.000 meter persegi.
Kondisi serupa juga ditunjukkan oleh pasar perkantoran di daerah non-CBD. Meskipun kenaikan tipis, yaitu dari 111.500 meter persegi pada 2016 menjadi 123.300 meter persegi pada 2017, namun optimisme itu masih ada.
“Sekalipun jumlahnya lebih kecil tapi jelas terlihat pertumbuhan itu terjadi. Dan itu karena supply bertambah, jadi pertumbuhan akan berlanjut di 2018,” tambah Handa.
Meski terjadi kenaikan sewa, namun belum diiringi dengan kenaikan tarif. Hal ini karena masih kompetitifnya persaingan bisnis di segmen ini, terutama setelah banjirnya pasokan perkantoran sewa sejak 2015.
Setidaknya fenomena ini bisa dilihat dari pemandangan langit perkantoran di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman. Di beberapa lokasi sudah bisa dijumpai gedung-gedung pencakar langit dengan ketinggian lebih dari 45 lantai.
“Supply-nya memang sangat tinggi, sedangkan take up walaupun membesar tapi tidak bisa catching up. Karena gedung-gedung yang baru ukurannya lumayan besar,” urai Handa.
Kondominium
Sementara pada segmen kondominium, perkembangan positif juga terlihat pada kuartal IV-2017. Meskipun pertumbuhannya masih sangat tipis akibat tingginya pasokan.
Optimisme pertumbuhan bisnis properti juga disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara.
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini, bisnis properti pun diyakini juga bakal terkena imbasnya.
Meskipun terjadi guncangan politik lantaran saat ini kontestasi pilkada serentak 2018 dihadapi, namun tidak akan memberikan pengaruh besar. Demikian halnya dengan guncangan politik menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019.
Menurut Mirza, masyarakat Indonesia sudah cukup teredukasi dalam menghadapi kontestasi politik semacam ini.
“Paling dampaknya hanya ramai di medsos dan Whatsapp (WA) saja. Jangan karena adanya tahun politik, lantas menyurutkan niat untuk bangun ekonomi dan bangun rumah,” kata Mirza.
Ia pun memastikan, sektor perbankan juga siap dalam membantu mendorong bisnis properti.
“Kalau tanya likuiditas, likuiditas bagus. Apa yang paling gampang ukur likuiditas? Bunga,” tuntas Mirza.
https://properti.kompas.com/read/2018/04/03/113139721/pasar-perkantoran-dan-kondominium-bangkit-tahun-ini