Sebagaimana diwartakan Bloomberg, Jumat (16/3/2018), anjloknya saham itu tak lepas dari ketidakmampuan H&M mengonversi stok barang menjadi lumbung penghasilan.
Setelah sempat mengalami periode kelam akhir tahun lalu, H&M berupaya memangkas harga produknya. Namun, sayangnya hal itu kurang mampu memikat atensi publik untuk mendatangi gerai H&M.
H&M pun merana. Kamis (15/3/2018) kemarin, saham H&M terjun 5,2 persen setelah peritel itu melaporkan turunnya penjualan untuk dua periode kuartalan berturut-turut.
Pada kuartal terakhir hingga Februari 2018, pendapatan H&M menurun 1,7 persen menjadi 46,2 miliar kronor Swedia (setara 5,6 miliar dollar AS).
"Capaian itu lagi-lagi mengecewakan publik. Padahal, H&M telah berjuang keras mempromosikan produknya dalam rangka menghabiskan stok," papar Cedric Rossi, analis Bryan Garnier and Co.
Asal tahu saja, saham H&M telah menurun hingga 40 persen dalam enam bulan terakhir. Hal itu menimbulkan pertanyaan dari para investor terkait kemampuan H&M dalam menjalankan bisnis.
Dalam catatan Kompas.com, H&M telah berjuang keras mengatasi situasi sulit dengan sejumlah langkah seperti mengobarkan penjualan daring dan meluncurkan toko diskon bernama Afound.
Chief Executive H&M Karl-Johan Persson pernah angkat suara terkait badai ritel yang tak henti menggulung perusahaannya.
Menurut dia, perusahaan telah berupaya sekuat tenaga dalam memenangkan persaingan ritel. Akan tetapi, bisnis ritel dipandangnya belum kembali pulih.
"Perubahan industri ritel mengejutkan semua pihak dan tren ini akan berlanjut pada 2018," ungkapnya.
https://properti.kompas.com/read/2018/03/16/101301821/terulang-lagi-jebloknya-penjualan-dan-saham-hm