Syarif tidak setuju jika kontraktor atau pemilik proyek yang sebagian besar adalah badan usaha milik negara (BUMN), disebut tidak berkompeten di bidangnya.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk misalnya, yang proyeknya paling banyak mendapat sorotan karena beberapa kali terjadi kegagalan konstruksi.
"Waskita sudah memasang 11.000 girder dan ada 3 yang gagal. Kita lihat, penyebabnya beda-beda. Sementara PT Adhi Karya (Persero) Tbk baru 1.600 girder, tapi tidak terjadi kegagalan," ujar Syarief saat paparan kunci atau key note speech di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Depok, Rabu (28/2/2018).
Menurut dia, masyarakat cenderung melihat dari sisi negatif dan mengenyampingkan segi positifnya.
Meski demikian, hal tersebut bisa menjadi pelajaran bagi para kontraktor dan pemerintah untuk membina sisi disiplin para pekerja di lapangan.
"Dari temuan-temuan, aspek ketidaktelitian ini paling mendominasi (dalam kecelakaan kerja)," sebut Syarif.
Ia menambahkan, meski penyebab setiap kejadian atau insiden kecelakaan berbeda-beda tetapi yang paling utama adalah kurangnya pengawasan.
Pengawasan ini, lanjut Syarif tidak hanya menjadi kewajiban konsultan, tetapi juga pemilik proyek serta kontraktor.
"Setiap pekerjaan itu ada hirarki, makanya tiap pelaksanaan harus dicek lagi," jelas Syarif.
https://properti.kompas.com/read/2018/02/28/160000421/ternyata-waskita-sudah-pasang-ribuan-girder-