Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Raksasa-raksasa Swasta di Jalan Tol

Nyatanya, terdapat lima perusahaan swasta yang terlibat dalam pengelolaan jalan tol baik yang masih dibangun atau yang sudah beroperasi.

Dari sejumlah jalan tol milik swasta yang tengah dalam pembangunan ini, sebagian terkena moratorium pemerintah.

Hal ini menyusul akibat maraknya insiden infrastruktur yang roboh saat pekerjaan tengah berlangsung.

Berikut lima perusahaan swasta yang diketahui memegang konsesi jalan tol.

1. PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP)

Dikutip dari Kontan, CMNP merupakan perusahaan swasta yang membangun dan mengoperasikan Jalan Tol Wiyoto Wiyono ruas Cawang-Tanjung Priok-Jembatan Tiga/Pluit sepanjang 34 kilometer.

Saat ini, CMNP menggarap tiga proyek jalan tol yang masih dalam tahap konstruksi.

Pertama, ruas Tol Depok-Antasari sepanjang 100 kilometer. Tol ini masuk dalam daftar yang dihentikan sementara pembangunannya.

Adapun pengerjaan tahap I Andara-Brigief ini menelan dana sekitar Rp 3,14 triliun, yang bersumber dari pinjaman bank.

Proyek Pembangunan JalanTol Depok-Antasari Paket 1 ruas Antasari- Brigif/Cinere meliputi pekerjaan konstruksi Simpang Susun Antasari dan konstruksi badan jalan tol sepanjang 5,8 kilometer yang ditargetkan selesai akhir April 2018.

Selain CMPN, konsorsium bernama PT Citra Waspphutowa di proyek ini, ada Waskita Toll Road dan PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP).

Proyek Jalan Tol Depok-Antasari Paket 1 merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dikerjakan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dengan Penyedia Jasa Konstruksi PT Girder Indonesia.

Sementara penyedia jasa konsultan pengawas dilakukan perusahaan kerjasama operasi Multi Phi Beta-Virama Karya–Indotek Konsultan Utama.

Untuk penyedia jasa konsultan pengendali mutu independen dilakukan PT Sarana Multi Daya.

PT Jasa Sarana (BUMD milik Pemprov Jawa Barat) bersama konsorsium PT Wijaya Karya (persero) Tbk dan CMNP diketahui memenangi tender pembangunan Jalan Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja) senilai Rp 1,79 triliun.

Untuk modal pembangunannya sendiri, 30 persen dari perusahaan dan 70 persen dari perbankan salah satunya dari Bank Jabar Banten.


Selanjutnya, adalah ruas Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) sepanjang 260 kilometer. Proyek ini adalah hasil kolaborasi antara CMNP, Waskita Karya, Jasa Sarana, PT PP (Persero) Tbk, PT Istaka Karya (Persero), dan PT Brantas Abipraya (Persero).

Untuk Seksi I, proyek ini digarap oleh joint operation antara PT Adhi Karya (Persero) Tbk dengan China Road and Bridge Corporation.

Seksi I dan II merupakan bagian yang digarap pemerintah dengan menggunakan dana pinjaman dari China.

Sedangkan Seksi III-VI digarap oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Citra Karya Jabar Tol. Diharapkan, proyek ini dapat rampung pada akhir 2018.

2. PT Nusantara Infrastructure (META) Tbk

META memegang konsesi 4 ruas jalan tol di bawah entitas anak perusahaan berbeda.

Anak usaha pertama adalah PT Jalan Tol Seksi Empat (JTSE) yang dimiliki oleh PT Bosowa Marga Nusantara (BMN) sebanyak 99,39 persen saham.

JTSE mengoperasikan jalan tol sepanjang 11,57 kilometer yang terhubung ke jalan tol yang dioperasikan oleh BMN, dari jembatan Tallo ke persimpangan Mandai Makassar dan memberikan akses langsung ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.

Entitas anak perusahaan lain yakni BMN yang memegang konsesi ruas jalan tol Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar-AP Pettarani (jembatan layang Urip Sumoharjo) 5,95 kilometer.

Jalan Tol BMN juga terhubung dengan Jalan Tol Bagian IV (JTSE) yang membentuk jalur interkoneksi utama antara kota Makassar dan Maros. META memiliki saham BMN sebesar 98,53 persen.

Selain itu, META juga memegang saham 25 persen pada PT Jakarta Lingkar Baratsatu (JLB).

JLB mengoperasikan jalan tol sepanjang 9,7 kilometer yang menghubungkan Kebon Jeruk (Jakarta Barat) dengan Penjaringan (Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng). 

3. PT Astratel Nusantara (Astra Infra)

Astra Infra Toll Road merupakan pengelola Tol Tangerang-Merak (Tamer) dengan panjang 72 kilometer yang sebelumnya dimiliki PT Marga Mandalasakti (MMS).


MMS didirikan pada tanggal 4 Oktober 1989 di Jakarta dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 1 April 1990.

Jalan Tol Tangerang-Merak menghubungkan Barat Tangerang dan Merak, sebelah barat Pulau Jawa. Pada tahun 2005, PT Astra Tol Nusantara mengakuisisi 34 persen saham PT MMS.

MHI bergabung dengan kelompok ASTRA Infra pada Agustus 2011. Sebagai bagian dari jalan Tol Trans-Jawa, MHI memegang peranan penting sebagai sebuah hubungan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah. Jalan tol ini telah beroperasi secara bertahap.

Bagian panjang 14,7 kilometer mulai beroperasi pada Oktober 2014, diikuti 5 kilometer seksi 3 yang beroperasi pada November 2016.

Kemudian Seksi 2 sepanjang 19,9 kilometer baru beroperasi pada September 2017 dan seksi 4 sepanjang 0,9 kilometer akan beroperasi bersamaan dengan Solo-Kertosono.

Secara total, jalan tol Jombang-Mojokerto memiliki 3 gerbang tol, yaitu gerbang tol Jombang (di Desa Pesantren, Kecamatan Tembelang, Jombang, Jawa Timur), gerbang Bandar Bandar Raya (di Desa Kayen, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Jombang) dan gerbang tol Mojokerto Barat (di Desa Pagerluyung, Kecamatan Gedeg, Mojokerto, Jawa Timur).

Kemudian, Astra Infra Toll Road juga mendirikan konsorsium bersama PT Jasa Marga (Persero) Tbk, yaitu PT Marga Trans Nusantara (MTN) dengan kepemilikan masing-masing 40 persen dan 60 persen.

Selanjutnya, Astra mengakuisisi 40 persen saham PT Trans Marga Jateng (TMJ), yang mayoritas dimiliki oleh Jasa Marga.

TMJ adalah pemegang konsesi Tol Semarang Solo 72,6 kilometer, bagian dari jaringan jalan tol Trans-Jawa yang menghubungkan dua kota terbesar di Jawa Tengah. Tol ini diharapkan dapat beroperasi penuh pada 2019.

Tiga ruas pertama jalan tol yang telah beroperasi adalah Semarang-Ungaran sepanjang 10,8 kilometer, Ungaran-Bawen 11,9 kilometer dan Bawen-Salatiga 17,3 kilometer.

Sedangkan bagian keempat dari Salatiga ke Boyolali 24,1 kilometer dan bagian kelima dari Boyolali ke Solo 7,7 kilometer sedang dalam tahap pembangunan.

Sementara itu, pada April 2016, konsorsium Sinar Mas, PT Astra Tol Nusantara, PT Transindo Karya Investama dan PT Sinar Usaha Mahitala yaitu PT Trans Bumi Serbaraja memenangi tender untuk Tol Serpong-Balaraja.

Dimiliki Astra 25 persen, PT Trans Bumi Serbaraja menandatangani perjanjian konsesi jalan tol pada 9 Juni. 

Jalan tol Serpong-Balaraja sepanjang 39,8 kilometer ini terdiri dari tiga seksi. Seksi 1 adalah BSD-Legok 9,3 kilomter, Seksi 2 Legok-Curug 10,7 kilometer, Seksi 3 Curug-Balaraja 19,8 kilometer.

Jalan tol tersebut rencananya akan beroperasi secara bertahap, dengan Seksi 1 akan beroperasi pada 2019.

PT Lintas Marga Sedaya adalah pemegang konsesi jalan tol yang telah beroperasi sejak Juni 2015 tersebut.

Tol ini sendiri, terdiri dari 6 bagian yaitu Cikopo-Kalijati 27,05 kilometer, Kalijati-Subang 11,2 kilometer, Subang-Cikedung 28,7 kilometer, Cikedung-Kertajati 18,9 kilometer, Kertajati-Sumberjaya 18,9 kilometer, dan Sumberjaya-Palimanan 14,05 kilometer.


4. Kompas Gramedia

Melalui anak usaha PT Translingkar Kita Jaya, Kompas Gramedia turut terjun dalam pengusahaan jalan tol pada ruas Jalan Tol Cinere-Jagorawi (Cijago).

Jalan tol ini membentang dari Cimanggis hingga Cinere sepanjang 14,6 kilometer. Cijago merupakan bagian dari jaringan Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) II sepanjang lebih dari 110 kilometer yang melingkar dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta hingga Tanjung Priok.

Di sebelah timur, Jalan Tol Cijago akan tersambung dengan Jalan Tol Cimanggis-Cibitung (Tol Jakarta-Cikampek) sepanjang 25,4 kilometer dan berakhir di Tanjung Priok melalui ruas Cilincing-Cibitung sepanjang 34 kilometer.

Selain Cijago, KG juga memegang saham konsesi untuk Tol Serpong-Balaraja melalui anak usahanya PT Transindo Karya Investama.

Bersama Astra dan Sinarmas melalui PT Bumi Serpong Damai (BSD), KG membangun tol sepanjang 30 kilometer tersebut.

5. Sinarmas Land

Mencari celah di Serpong-Balaraja, Sinarmas Land melalui anak usahanya BSDE turut menanamkan investasi. Bersama Kompas Gramedia dan Astra, Sinarmas membentuk konsorsium PT Trans Bumi Serbaraja.

Porsi kepemilikan saham raksasa properti ini, tidak tanggung-tanggung yaitu sebesar 50 persen.

Setelah pencetusan tersebut, butuh waktu lama dalam hal proses pembebasan lahannya, tetapi pada pertengahan 2015 PT Trans Bumi Serbaraja keluar sebagai pemenang tender investasi.

Jalan Tol Serpong-Balaraja akan dibangun sepanjang 30 kilometer dan dibagi dalam tiga seksi. Seksi I dibangun sepanjang 9,3 kilometer dari Serpong-Legok, Seksi II dari Legok-Tigaraksa dengan panjang 10,7 kilometer, dan Seksi III dari Tigaraksa-Balaraja sepanjang 10 kilometer.

Pembangunan tol ini juga diharapkan mampu mengakomodasi perkembangan pembanguan Kota Maja dan wilayah Tangerang lainnya.

https://properti.kompas.com/read/2018/02/23/180000821/raksasa-raksasa-swasta-di-jalan-tol

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke