Berdasarkan pengalaman GS E&C sebelumnya di Vietnam, Chief of Housing & Development GS E&C Group Kim Kyoo Hwa mengaku, berbisnis di Indonesia cenderung lebih mudah.
"Kami (di Indonesia) memilih partner lokal yang fleksibel dan berpengalaman sehingga kami bisa masuk pasar Indonesia tanpa buang-buang energi dan juga bisa fokus pada sisi yang kami inginkan," ujar Kim Kyoo Hwa di Vasanta Office, Jakarta, Rabu (22/2/2018).
Ketika membangun proyek di Vietnam, ia menceritakan, seluruh perizinan dilakukan sendiri tanpa partner lokal.
Ia juga harus mengadakan pertemuan-pertemuan dengan instansi terkait secara langsung. Dari segi waktu, mengurus segalanya sendiri menjadi tidak efisien.
Belum lagi, selama proses perizinan tersebut juga terkendala bahasa yang berbeda sehingga komunikasi seringkali tidak lancar.
Kim Kyoo Hwa juga senang mengetahui bahwa Indonesia mengharuskan investor asing untuk bermitra dengan pengembang lokal.
Dengan begitu, pengembang lokal juga bisa membantu investor asing untuk mempelajari pasar. Dalam hal ini GS E&C memilih Vasanta Indo Properti sebagai mitra kerja.
"Kami mempelajari perusahaan yang gagal berbisnis di luar Korea. Mereka suka membawa konsep seutuhnya di Korea. Terkadang, itu kurang sesuai dengan budaya dan konsep-konsep orang di luar Korea," jelas Kim Kyoo Hwa.
Lebih lanjut, ia menambahkan, konsep yang akan dibawanya ke Indonesia menyesuaikan dengan kemampuan GS E&C.
Selama ini, di Korea Selatan, pengembang menghadapi batasan harga dari pemerintah setempat sehingga tidak dapat menentukan harga sendiri.
Hal tersebut, membuat GS E&C berpengalaman untuk membangun properti dengan harga terbatas, tetapi tetap berkualitas agar konsumen berminat untuk pembeli.
"Kita akan membawa konsep wanna be high end, tapi harganya terjangkau," ucap Kim Kyoo Hwa.
https://properti.kompas.com/read/2018/02/23/100000021/ini-kata-pengusaha-korea-tentang-investasi-di-indonesia