Setidaknya ada tujuh kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek infrastruktur yang digarap Waskita dalam tujuh bulan terakhir. Ini pun menjadi rekor bagi BUMN dengan bos M Choliq itu.
Teranyar yaitu ambruknya salah satu bekisting pier head pada proyek Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) yang dirancang sepanjang 11 kilometer pada Selasa (20/2/2018).
Pertanyaan balik tersebut salah satunya muncul dari Ketua Masyarakat Infrastruktur Indonesia (MII) Harun al-Rasyid Lubis.
"Kok bisa kecelakaan kerja berulang dalam interval waktu berdekatan? Ke mana pengawasnya selama ini? Ada apa dengan Waskita? Bagaimana manajemen proyeknya? Ke mana Dirjen Bina Konstruksi," tanya Harun.
Keheranan serupa juga dilontarkan Ketua DPR Bambang Soesatyo, Ketua Komisi V Farry Djemi Francis, dan juga kalangan akademisi yang terkait teknik sipil lainnya.
Padahal, Waskita Karya merupakan penyedia jasa konstruksi yang didukung penuh oleh pemerintah.
Bukan saja karena penunjukan langsung untuk melaksanakan tugas membangun Proyek Strategis Nasional (PNS) sektor infrastruktur, juga pendanaannya melalui Penyertaan Modal Negara (PMN), maupun lembaga keuangan lainnya.
Untuk diketahui, sambung Harun, Waskita mendapat penugasan membangun 700 kilometer jalan tol, dengan 95 persen di antaranya masuk kategori greenfield (baru).
Menurut Harun, kecelakaan kerja sebuah proyek infrastruktur tak sekadar disebabkan oleh faktor kesalahan manusia atau mesin sebagai active factor pada garda depan (front liners).
"Bisa jadi passive factor, yang dalam hal ini pihak manajemen total (penyedia) jasa konstruksi adalah akar permasalahannya berikut sistem yang diterapkan," kata Harun kepada Kompas.com, Selasa (20/2/2018).
"Iya ini perlu dipidana," ujar Bambang.
Selain itu, dia juga meminta Komisi V untuk memanggil Menteri PUPR Basuki Hadimuljono guna mempertanggungjawabkannya di hadapan publik.
Setelah kejadian merosotnya bekisting pier head kemarin, Basuki yang awalnya tengah berada di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta untuk menerima penghargaan Herman Johannes Award Tahun 2018 Bidang Infrastruktur langsung terbang ke Jakarta.
Ia memimpin rapat evaluasi yang diikuti oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri BUMN Rini M Soemarno.
Rapat tersebut juga diikuti oleh pimpinan badan usaha jalan tol (BUJT), seperti Dirut PT Jasa Marga (Persero) Tbk Desi Arryani, Dirut PT Adhi Karya (Persero) Budi Harto, perwakilan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, serta Dirut PT Waskita Karya (Persero) Tbk M Choliq.
Dengan mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, ia nampak berjalan agak lambat awalnya. Pantauan Kompas.com, ketika awak media telah rampung mengejar Rini dan berbalik badan, barulah Choliq berjalan sedikit cepat menapaki tangga menuju lantai dua.
Rapat berjalan tertutup selama kurang lebih 30 menit. Tak tampak Choliq ikut turun beserta rombongan lain pada mulanya. Pun ketika rombongan bergerak pada salah satu sudut lobi Gedung Utama untuk memberikan pernyataan kepada awak media.
Beruntung, kami, Kompas.com dan Kompas TV yang saat itu berada pada barisan paling belakang awak media, bisa menemukan sosok Coliq yang tengah berjalan pelan menuruni tangga.
"Pak mohon tanggapannya terkait kecelakaan kerja semalam," tanya salah satu dari kami.
Bahkan, ia sempat menghalau mikrofon yang disodorkan jurnalis Kompas TV, untuk kemudian bergegas melalui pintu utama menuju mobil dinasnya.
Evaluasi Direksi
Pemerintah bukannya tak bereaksi dan acuh terhadap serentetan kecelakaan kerja yang terjadi.
baru-baru ini, Menteri Rini memastikan bakal mengevaluasi direksi Waskita Karya bila ditemukan adanya kesalahan dalam kasus kecelakaan kerja yang menjadi sorotan publik tersebut.
Seiring Kementerian PUPR yang menunjuk Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) sebagai konsultan independen untuk mengevaluasi sistem kerja proyek infrastruktur.
"Dan kami pasti kalau memang ada kesalahan human error, kami pasti akan berikan sanksi," kata Rini.
Untuk diketahui, di dalam jajaran Direksi Waskita terdapat sejumlah nama beken dalam dunia konstruksi seperti Bambang Rianto yang kini menjabat Direktur Operasi III Waskita Karya.
Lulusan Teknik Sipil Universitas Borobudur Jakarta itu sebelumnya pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT PP Urban.
Selain itu ada pula Tunggul Rajagukguk yang merupakan alumnus Teknik Sipil Universitas Indonesia.
Sebelum menjabat sebagai Direktur Keuangan Waskita, ia pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Perusahaan Pengelola Aset dan Direktur PT Trans Pacific Petrochemical Indotama.
Adapun pada jajaran komisaris, tak sedikit nama-nama populer bertengger. Ada Badrodin Haiti yang menjadi Presiden Komisaris setelah sebelumnya menjabat Kapolri.
Ada juga nama Victor S Sirait yang sebelumnya menjadi anggota Tim Transisi Jokowi-JK. Selain itu ada pula nama M Aqil Irham yang pernah menjabat sebagai Lektor Kepala Fakultas Ushuluddin Universitas Negeri Islam (UIN) Raden Intan Bandar Lampung.
Tiga komisaris lainnya berasal dari unsur pemerintahan, seperti Arif Baharudin yang juga menjabat sebagai Sekretaris Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, R Agus Sartono yang juga menjabat sebagai Deputi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Terakhir, ada Danis H Sumadilaga yang menjabat sebagai Kepala Badan Litbang Kementerian PUPR.
Boomerang
Menurut Harun, dengan jajaran direksi dan komisaris yang mentereng demikian, tak seharusnya kecelakaan kerja terjadi. Apa pun alasannya. Karena mereka yang duduk di top level management merupakan orang-orang berpengalaman dan mumpuni di bidangnya.
Sejauh ini, pemerintah baru sebatas menjatuhkan sanksi berupa teguran kepada Waskita.
"Kalau diungkap ya jadi boomerang buat pihak pengguna lagi. Tapi, harusnya pemerintah yang paling bertanggung jawab atas kecelakaan-kecelakaan kerja itu," kata Harun.
Sebagai pemilik proyek infrastruktur, Harun menuturkan, paling tidak pemerintah akan menempatkan orangnya untuk mengawasi jalannya sebuah proyek, serta memastikan kualitas bahan baku yang digunakan telah sesuai standar.
Harun mencontohkan, bila ditemukan sebuah material yang salah di dalam pembangunan proyek infrastruktur, harus dipesan ulang. Namun setelah dipesan, materialnya tidak memenuhi persyaratan.
"Nah yang membolehkan dan tidak membolehkan siapa? Kan pengawas. Pengawas ini ada juga wakil dari pemilik. Jadi kalau diurut-urut ya boomerang," sebut dia.
Tenaga konstruksi yang dipekerjakan Waskita, kata Harun, bisa jadi bukan mereka yang memiliki kualifikasi ahli atau minimal memiliki keterampilan khusus.
"Jadinya, ya begitu. Beban berat, SDM berkualitas kurang, dan pengawasan minim. Ya wajar kalau kecelakaan terus terjadi," kata Harun.
Meski demikian, Menteri Basuki berjanji, akan menjatuhkan sanksi lebih keras kepada Waskita atas kasus terbaru yang terjadi.
"Pasti ya lebih dari teguran," kata Basuki kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Berupa apa sanksinya? Kita tunggu saja.
https://properti.kompas.com/read/2018/02/21/225118021/ada-apa-dengan-waskita-karya