Pasalnya, Waskita mendominasi kasus kecelakaan kerja yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut Fary, direksi Waskita menjadi pihak yang paling bertanggung jawab dalam sejumlah kasus tersebut. Dari sejumlah kasus yang terjadi, ada yang sampai memakan korban jiwa.
"Ya kalau sudah beberapa kali kejadian, sudah menyampaikan akan memperbaiki dan sebagainya, ya mundur saja saya kira," kata Fary kepada Kompas.com, Jumat (9/2/2018).
Dalam rapat kerja di Komisi V DPR dua pekan lalu, ia mengatakan, telah memanggil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono serta direksi BUMN kekaryaan.
Salah satu poin yang dibahas yaitu mendominasikan BUMN kekaryaan termasuk Waskita, menggarap proyek strategis nasional (PSN). Persoalannya, Waskita tak hanya menggarap proyek pemerintah, tetapi juga proyek lain yang berasal dari swasta.
"Kami mengingatkan, jangan karena banyak kerja di luar pemerintah, kemudian pekerjaan pemerintah yang mereka anggap sedikit ini diabaikan keselamatannya," kata dia.
Fary menambahkan, Komisi V dalam waktu dekat juga berencana membentuk panitia kerja khusus (pansus) terkait keselamatan kerja.
Panitia ini nantinya akan mendalami sejumlah kasus kecelakaan kerja yang terjadi, serta sanksi yang telah dijatuhkan Kementerian PUPR terhadap penyedia jasa konstruksi.
Berdasarkan catatan Kompas.com, ada enam kasus kecelakaan kerja yang digarap Waskita pada saat proses konstruksi dalam kurun enam bulan terakhir.
Pertama, jatuhnya crane pada proyek LRT Palembang pada Agustus 2017 lalu. Saat itu, dua unit crane dengan bobot 70 ton dan 80 ton yang sedang dioperasikan tiba-tiba jatuh dan mengenai sejumlah rumah warga.
Akibat kejadian tersebut, sejumlah warga yang berada di dalam rumah menjadi korban luka. Mulai dari luka ringan hingga luka berat seperti bagian kepala yang robek akibat benturan.
Kedua, jembatan penyeberangan pada proyek Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi ambruk pada September 2017. Diduga, peristiwa itu terjadi akibat tali sling yang belum terpasang saat hendak memasang badan jembatan sehingga jatuh menimpa para pekerja proyek.
Dari peristiwa tersebut, seorang pekerja meninggal dunia dan dua lainnya mengalami luka-luka. Pekerja yang meninggal dunia karena langsung tertimpa badan jembatan, sementara korban selamat tetap mengalami luka serius.
Ketiga, girder box pada proyek jalan tol Pasuruan-Probolinggo, Jawa Timur jatuh pada Oktober 2017. Kala itu, terdapat korban tewas satu orang yang sekaligus karyawan Waskita Karya dan korban luka dua orang selaku pekerja proyek.
Keempat, sebuah crane pengangkut Variable Message Sign (VMS) jatuh di ruas Tol Jakarta-Cikampek KM 15 arah Cikampek pada November 2017 lalu.
Insiden bermula pada pukul 00.00, saat dilakukan kegiatan pemindahan VMS di KM 15 oleh PT Waskita dengan menggunakan crane. Di titik itu, tengah digarap proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek Elevated.
Namun, karena faktor teknis, crane gagal melakukan pemindahan dan jatuh menutup lajur 1. Dampaknya, empat lajur arah Cikampek sempat tidak dapat dilalui kendaraan.
Kelima, pada akhir Desember 2017 lalu, sebuah konstruksi girder pada proyek Tol Pemalang-Batang ambruk.
Girder itu hendaknya digunakan sebagai konstruksi jembatan penyeberangan orang (JPO).
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, rekaman video atas peristiwa itu cukup mendapat sorotan masyarakat.
Terbaru, kasus yang terjadi pada proyek yang digarap Waskita yaitu ambruknya tembok underpass atau terowongan Jalan Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta, Senin (5/2/2018) sore. Akibat peristiwa ini, satu orang meninggal dunia dan satu lainnya luka-luka.
https://properti.kompas.com/read/2018/02/09/140000921/komisi-v-dpr-kecelakaan-marak-direksi-waskita-harus-mundur