Hal tersebut disebabkan upaya dari ritel yang bersangkutan untuk mengganti konsep secara keseluruhan.
"Bukan cuma di Indonesia saja, di seluruh dunia, ritel harus berubah wajahnya dari yang lama ke yang baru," ujar Head of Retail JLL Cecilia Santoso di kantornya, Rabu (7/2/2018).
Ia mengatakan, dengan adanya e-commerce, peritel mulai beralih untuk memperdagangkan barangnya melalui platform daring.
Hal inilah yang membuat ruang ritel kian berkurang. Meski demikian, menurut Cecilia, pengelola mal bisa mengalihkan ruang tersebut menjadi fungsi lain seperti food and beverage (F&B).
Sepanjang tahun 2017, sektor ini paling aktif bahkan pola ekspansinya tidak lagi terbatas hanya sepanjang pusat perbelanjaan, namun juga berkembang di area residensial dan gedung perkantoran.
"Adanya aktivitas belanja daring yang memengaruhi penjualan toko secara bertahap sudah diantisipasi oleh para pengembang pusat perbelanjaan premium dengan mengganti konsep," jelas Cecilia.
Pergantian konsep ini, kata dia, dilakukan pengembang dalam upaya membuat komposisi penyewa yang lebih menarik dan mampu menarik masyarakat untuk mengunjungi pusat perbelanjaan.
Berdasarkan riset JLL, sepanjang 2017, pasokan mal terakhir adalah pada kuartal III-2017 yaitu pembukaan AEON Mall di Jakarta Garden City.
Sementara pada kuartal IV-2017, tidak ada lagi pasokan baru sehingga pilihan bagi penyewa masih terbatas.
Begitu pula dari segi penyerapan ruang ritel, tahun lalu jauh di bawah 2016 bahkan di bawah rata-rata selama 4 tahun terakhir sebesar 56.000 per meter persegi.
https://properti.kompas.com/read/2018/02/07/152958021/ritel-berguguran-ditengarai-karena-perubahan-wajah