Rumah ini terletak di Kelating, Tabanan, Bali. Casablancka adalah nama pemilik rumah tersebut. Lokasinya hanya berjarak setengah jam dari Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.
Rencana induk
"Strategi utamanya adalah menerapkan konsep arsitektur Bali dengan mengembangkan konsep tri mandala," ujar Budi yang dilansir di laman ArchDaily.
Konsep ini menggambarkan tiga bagian alam, yaitu Nista Mandal, alam luar dan bawah. Kemudian, Madya Mandala, wilayah tengah menengah. Terakhir, Utama Mandala, wilayah suci paling dalam dan paling penting.
Sisi tengah adalah ruang akasa atau ruang kosong atau zen yang bisa dijadikan tempat bermain Pétanque seperti sebuah permainan di Prancis.
Ruang ini juga mewakili dua budaya klien yang berbeda, antara barat dan timur, yaitu antara Prancis dan Indonesia.
Konsep Bali tentang Sanga Mandala terdiri dari beberapa paviliun yang terpisah dan penempatannya selalu sesuai dengan hierarki kebajikan dan kejahatan, juga peraturan pembagian ruang dan zonasi.
Sanga Mandala adalah konsep spasial mengenai arah yang membagi area menjadi sembilan bagian sesuai dengan delapan arah utama kardinal dan pusat (titik puncak).
Pola komposisi massanya juga mengandalkan pola Swastika sebagai pola yang diadopsi oleh pola Bali.
Di rumah tradisional Bali normalnya dibagi menjadi sembilan komposisi dan juga terdiri dari beberapa paviliun yang terpisah. Tempat tinggal ini merupakan interpretasi dari konsep ini dengan desain modern.
Konsep rumah ini adalah transformasi struktur tradisional Bali yang diberi nama Taring yang merupakan bangunan sementara.
Taring terbuat dari bambu dan biasanya digunakan oleh masyarakat Bali untuk kegiatan khusus seperti pernikahan, kremasi, dan lain-lain.
Sejatinya Taring menggambarkan pemisahan antara lantai, dinding, dan struktur atap yang berdiri mandiri.
Tetapi bagian-bagian ini memiliki hubungan khusus, yang akan diimplementasikan di kediaman Casablancka.
Dalam proyek ini, Budi berusaha membawa orang-orang yang dekat dengan alam. Dinding ini dibuat sesederhana mungkin tergantung kebutuhannya.
Terbuat dari batu bata, dan disusun zig-zag sejajar dan diletakkan di dalam beton.
Ini akan mengurangi cuaca panas namun pada saat bersamaan membawa interior menjadi natural, yakni oranye bata.
Karena ada di surga tropis maka semua massa bangunan dibentuk semaksimal mungkin sehingga semua ruang secara aktual hanya ditentukan oleh lantai melayang, supaya angin bisa masuk dengan bebas.
Struktur Bambu berdiri secara independen sebagai kolom dan penopang atap, akan memungkinkan cahaya alami masuk ke dalam bangunan dari kaca di atas dinding bata.
Lantainya terdiri dari dua tipe. Salah satunya adalah semen abu-abu buatan tangan masyarakat setempat.
Kedua adalah kerajinan tangan dari semen berwarna-warni yang terinspirasi budaya Jawa sebagai bagian dari bangunan kolonial pada tahun 1930an.
Atapnya terbuat dari bambu yang rata dan berbentuk gunung untuk membawa cahaya ke masing-masing ruangan yang berbeda. Ini mewakili hubungan antara manusia dan langit.
https://properti.kompas.com/read/2018/01/30/140000021/rumah-di-bali-masuk-nominasi-building-of-the-year-