Ada sejumlah peritel yang akhirnya mengibarkan bendera putih, tanda menyerah. Masih ada pula sebagian peritel mencoba bersiasat di tengah paceklik.
Sejumlah analis memprediksi pada 2018, situasi ritel belum tentu kembali kondusif. Bisa jadi, kelesuan berlanjut.
"Saya pikir awal tahun depan situasi (ritel) masih akan sangat buruk. Saya rasa ini berat (perjuangan peritel),” tutur Kepala Analis Ritel Moody’s Charlie O'Shea kepada CNBC.
Maka dari itu, sudah selayaknya peritel waspada dan cekatan berinovasi. Jika tidak, aksi tutup toko jadi jalan pahit yang mesti ditempuh.
Berikut kami rangkum sejumlah peritel yang diprediksi terancam gulung tikar pada 2018, sebagaimana dilansir USA Today, Kamis (28/12/2017):
1. Nine West
Peritel ini telah mengajukan bangkrut pada 2017 ini dan melancarkan aksi tutup toko sepanjang tahun. Diprediksi, kian banyak cabang Nine West yang tumbang pada 2018.
Perusahaan ini bersifat privat sehingga informasi kondisi keuangannya terbatas. Namun, Nine West mulai menutup gerai tatkala masa sewanya habis.
2. Payless Shoesource
Dewasa ini, rupanya bukan saat tepat berjualan sepatu. Payless Shoesource telah mengajukan proses bangkrut pada April lalu.
Sejumlah toko telah tutup dan utang masih menumpuk. Perusahaan terus menghadapi kondisi pasar yang menantang dan membuat lebih banyak toko segera tutup.
3. GNC
GNC memang tak begitu merana seperti peritel lainnya. Pada kuartal terakhir 2017 ini, perusahaan itu masih membukukan laba sebesar 21,5 juta dollar AS. Angka itu turun dari sebelumnya 32,4 juta dollar AS pada periode sama tahun sebelumnya.
Meski menunjukkan kinerja yang masih baik, GNC menghadapi sejumlah tantangan. Gerainya banyak dibuka di mal dan lini produknya rentan terlibas oleh peritel daring.
Ke depan, akan sulit bagi konsumen untuk memiliki alasan berkunjung pada toko fisik.
4. Sears Holdings
Sears telah bergerak menurun selama bertahun-tahun, kehilangan pundi-pundi keuangan, dan menutup toko dengan kecepatan tinggi.
Sears hanya mampu bertahan dengan menjual aset dan meminjam uang dari dana sang CEO, Edward Lampert. Nasib temaram segera terjadi karena perusahaan itu mulai kehabisan aset untuk dijual.
5. Toy R Us
Toys R Us kembali mengajukan kebangkrutan kembali pada September lalu. Peritel mainan ini terus-menerus berada dalam situasi pelik.
Operasional Toys R Us tak kunjung membaik. Sejumlah pesaing kian mengancam, seperti Walmart dan Amazon.
Ke depan, pihak perusahaan telah mencanangkan perubahan bentuk toko menjadi lebih atraktif. Namun, rencana tersebut diyakini tak serta-merta mengembalikan kejayaan Toys R Us.
https://properti.kompas.com/read/2017/12/28/141226521/inilah-daftar-panas-peritel-yang-terancam-karam-tahun-depan