Sebagaimana diwartakan Bloomberg, Jumat (15/12/2017), H&M telah mengumumkan turunnya penjualan kuartalan terbesar dalam satu dekade terakhir.
Penjualan sebelum pajak H&M melorot 4 persen menjadi 50,4 miliar kronor Swedia (sekitar 6 miliar dollar AS) dalam tiga bulan hingga November lalu.
Saham H&M juga tergelincir hingga 16 persen, penurunan paling tajam sejak Maret 2001.
Dalam laporannya, H&M menyebutkan penurunan itu disebabkan sepinya pengunjung di gerai mereka yang berimbas pada cekaknya penjualan.
Karena itu, H&M menganggap aksi penutupan toko amatlah realistis dengan kondisi seperti itu.
"Rantai pasokan H&M tidak memiliki reaksi cepat, sesuatu masalah krusial pada era perubahan bisnis fesyen yang dinamis,” ungkap Cedric Rossi, seorang analis di Bryan Garnier.
Sebelumnya, pada September lalu, H&M telah mempublikasikan rencana penambahan sekitar 385 gerai disertai penutupan 90 toko. Saat itu, H&M juga merilis rencana menguatkan bisnis daring.
Mulai gugur
Salah satu tanda hilangnya kedigdayaan H&M di dunia ritel adalah tutupnya cabang mereka di wilayah Scunthorpe, Inggris pada Jumat (17/11/2017).
Toko yang telah beroperasi selama 14 tahun itu akhirnya gulung tikar.
Kala itu, dalam pernyataan resminya kepada publik, H&M mengatakan bahwa penutupan toko di Scunthorpe disebabkan perubahan lanskap ritel dewasa ini.
"Kami selalu ingin menawarkan pengalaman belanja terbaik kepada pelanggan. Hanya saja, karena keterbatasan ruang dan masalah lainnya, hal itu tak dapat tercapai pada toko kami di Scunthorpe,” ujar juru bicara H&M.
Selain itu, dalam pernyataannya, H&M juga senantiasa menginginkan gerai yang beroperasi berada di lokasi yang prospektif untuk memastikan pertumbuhan bisnis dapat terwujud.
"Karyawan selalu menjadi prioritas kami dan semua staf ditawari peluang untuk pindah ke toko-toko sekitarnya dengan mayoritas mengambil posisi lain di internal perusahaan kami,” demikian pernyataan resmi H&M.
https://properti.kompas.com/read/2017/12/15/223000921/saham-dan-penjualan-babak-belur-h-m-bakal-tutup-90-toko