Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Duka Ritel Akhir Tahun, 100 Gerai "Charming Charlie" Tumbang

Kabar duka ritel kali ini datang dari peritel aksesori Charming Charlie. Peritel itu telah mengajukan bangkrut dan bersiap menutup sedikitnya 100 toko akhir 2017.

Tipisnya saldo kas menjadi penyebab Charming Charlie mengambil langkah tangkas. Pada Senin lalu, pihak perusahaan secara suka rela mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 11. 

Saldo kas peritel itu kini kurang dari 1 juta dollar AS (sekitar Rp 13,5 miliar) dan memiliki sekitar 1,8 juta dollar AS (sekitar Rp 24,5 miliar) yang tersedia dalam fasilitas kredit bergulirnya.

Aksi penutupan direncanakan terjadi hingga seperempat jumlah gerai Charming Charlie sedunia. Diketahui, Charming Charlie punya sekitar 370 toko di Amerika Serikat, 4 di Kanada, dan 16 cabang waralaba di Filipina dan Timur Tengah.

Tak hanya tutup toko, peritel bermarkas di Houston itu juga bersiap menutup kantornya di Los Angeles dan memangkas jumlah karyawan di pusat distribusi.

"Dengan mengurangi ukuran toko dan skala operasinal, kami memiliki kesempatan lebih banyak untuk menstabilkan bisnis ini," tutur Chief Executive Officer ad interim Lana Krauter, seperti diwartakan Forbes, Selasa (12/12/2017).

"Kami juga ingin lebih sigap dalam membaca dan bereaksi terhadap tren apa yang diinginkan pelanggan,” sambung dia.

Berdiri sejak 2004, selama ini Charming Charlie dikenal sebagai peritel yang fokus pada penjualan aksesori seperti perhiasan, tas, dan produk kecantikan lainnya. Tokonya juga senantiasa berwarna-warni.

Harga produk di Charming Charlie berkisar antara 5 hingga 50 dollar AS, berada di antara harga peritel Macy dan juga Claire.

Salah perhitungan

Chief Financial Officer Charming Charlie Robert Adamek menambahkan, balada tutup toko yang menerjang perusahaannya bukan hanya disebabkan pergeseran tren belanja masyarakat.

“Semakin diperparah pula oleh kesalahan perhitungan penjualan, tipisnya persediaan stok, dan basis vendor yang terlalu luas. Semua itu membuat kinerja jadi rendah dan penjualan tergerus,” ungkapnya.

Menurut Adamek, pendapatan operasional Charming Charlie telah merosot hingga 75 persen dalam beberapa tahun terakhir.

Awal 2017, lembaga Fitch dan Moody’s juga telah menaruh Charming Charlie dalam daftar panas peritel yang terkena risiko gagal bayar.

Namun, Paula tak habis pikir terkait alasan Charming Charlie mengajukan kebangkrutan justru saat musim panen liburan akhir tahun.

"Biasanya, peritel ingin memiliki uang sebanyak mungkin di bank. Itulah salah satu alasan mengapa peritel mengajukan (kebangkrutan) setelah musim liburan,” ucap dia.

https://properti.kompas.com/read/2017/12/13/112612721/duka-ritel-akhir-tahun-100-gerai-charming-charlie-tumbang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke