Demikian halnya di Malang yang terdapat Kampung Jodipan. Awalnya, kampung tersebut lebih dikenal sebagai kawasan pemukiman kumuh, sebelum diubah menjadi kampung mural warna-warni yang menjadi destinasi wisata pelancong baik dalam maupun luar negeri.
Kini, kehadiran kampung mural juga hadir di Jakarta. Tepatnya, di kawasan RT 12 RW 09, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Kawasan yang tadinya terbilang kumuh, dan becek, terutama pada saat musim penghujan, kini terlihat lebih berwarna.
Menurut dia, sejak adanya perbaikan gorong-gorong hasil tanggung jawab sosial PT Jasa Marga (Persero) Tbk, kini banjir sudah jarang terjadi. Wilayah RT 12 memang berbatasan langsung dengan Tol Jagorawi yang dikelola perusahaan pelat merah itu.
Untuk mengantisipasi keisengan anak-anak bermain di pinggir tol, Jasa Marga juga membangung tembok pembatas yang cukup tinggi agar mereka tidak dengan mudah mengakses jalan bebas hambatan tersebut.
"Mereka (anak-anak) suka corat-coret tembok pakai pilok dengan gambar-gambar atau tulisan enggak jelas. Ya angka lah atau apa lah. Tidak ada kesan mendidik atau peringatan," terang Ketua RW 09, Sirepno.
Mengubah kumuh jadi berwarna
Melihat kondisi tersebut, Bank DBS Indonesia menginisiasi penataan kawasan RT 12 agar lebih rapi dan berwarna.
Lewat kegiatan annual mass volunteering, sebagian permukaan tembok pembatas dan rumah warga dicat ulang dengan mural yang membawa pesan positif bagi masyarakat.
President Director Bank DBS Indonesia Paulus Sutisna mengungkapkan, ide dasar penataan RT 12 ini berawal dari usulan warga yang menginginkan perubahan mendasar terhadap kawasan hunian yang mereka tinggali.
Usulan itu kemudian ditampung dan dikembangkan dengan melihat keberhasilan Kampung Jodipan di Malang yang mampu memberikan nilai positif bagi masyarakat.
"Beberapa tulisan seperti 'say no to drugs', 'stop kekerasan', itu adalah tema besar yang kita angkat. Intinya kami ingin memberikan pesan positif kepada masyarakat," kata Paulus.
Pesan yang disampaikan lewat mural, tak hanya sekedar menjadi tulisan sambil lalu. Tetapi juga sekaligus menjadi peringatan agar masyarakat selalu memberikan kontribusi positif bagi lingkungan.
Sirepno mengaku, pesan-pesan yang disampaikan lewat mural cukup mengena untuk masyarakat. Terutama, pesan terkait jauhi narkoba.
"Ini menjadi shock therapy bagi masyarakat untuk menjauhi hal itu," kata dia.
Paulus mengisahkan, eberapa waktu lalu pernah terjadi penggerebekan oleh aparat kepolisian di wilayah tersebut, diduga ada salah satu rumah yang dijadikan tempat persembunyian orang yang membawa narkoba.
"Mungkin karena pada saat itu warga tidak mengetahui. Orang yang digerebek itu bukan orang kampung sini, dari daerah luar," ujarnya.
Seperti halnya di Jodipan, kehadiran kampung mural ini diharapkan dapat mendatangkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat.
Lewat keindahan warna, tentu masyarakat yang penasaran dengan kehadiran kampung mural di Jakarta, dapat langsung mengunjunginya.
"Nanti kan difoto, disebar lewat media sosial, jadi semakin banyak orang yang tahu. Kalau sudah gini, akan semakin banyak orang datang, dan warga bisa memanfaatkan peluang ini dengan berjualan makanan atau minuman untuk menambah nilai ekonomi," kata Paulus.
Ia pun berharap, apa yang telah diinisiasi DBS Indonesia dapat dilakukan oleh pihak lain. Sehingga, keberadaan kampung mural, khususnya di Jakarta, semakin banyak dan luas.
https://properti.kompas.com/read/2017/12/05/210137321/kampung-kumuh-di-kramat-jati-itu-kini-lebih-berwarna