Mengutip Herald Sun, kelompok usaha di belakang Autograph, City Chic, Katies, Millers, Crossroads, dan Rivers ini mesti menutup gerainya akibat sengitnya persaingan dengan bisnis daring (online) dan juga lesunya daya beli konsumen.
Tren penurunan ritel memang mulai menjangkit Australia sejak pertengahan 2017.
Data dari Badan Pusat Statistik Australia (ABS) menunjukkan, penjualan ritel turun sebesar 0,6 persen pada Agustus, mengacaukan ekspektasi kenaikan 0,3 persen. Pada Juli lalu, hal serupa juga terjadi dengan penurunan sebanyak 0,2 persen.
Jika dianalisis, penurunan 0,8 persen pada Juli dan Agustus itu merupakan penurunan back-to-back terbesar sejak Oktober 2010.
Chairwoman Specialty Fashion Group Anne McDonald mengatakan, dari 1.019 gerai yang ada saat ini bakal menyusut menjadi sekitar 700 gerai dalam tiga tahun ke depan. Itu berarti terdapat satu penutupan di antara tiga toko.
Lebih lanjut, pihak perusahaan enggan membocorkan nasib para karyawan terdampak. Akan tetapi, jika satu dari tiga gerai terkena penutupan maka diperkirakan setidaknya 1.000 orang terancam menganggur.
Dengan jumlah gerai beroperasi saat ini, Specialty Fashion Group diketahui mempekerjakan sekitar 5.000 orang.
Anne menegaskan, perusahaan mesti menelan pil pahit karena “kepercayaan konsumen semakin lemah yang memengaruhi jumlah penjualan di era ketatnya persaingan ritel konvensional dan daring”.
Saham kelompok tersebut, yang sempat dibidik perusahaan investasi ternama asal Qatar pada awal 2017, telah mengalami penurunan lebih dari separuh dibandingkan tahun lalu.
Pada Oktober lalu, Specialty Fashion Group telah memperingatkan investor bahwa pendapatan mereka diperkirakan akan anjlok hingga setengahnya sampai Juni mendatang.
Ketidakstabilan kondisi perusahaan juga membuat sang Chief Executive Gary Perlstein pamit setelah 14 tahun memimpin.
https://properti.kompas.com/read/2017/11/26/090000121/menyerah-raksasa-ritel-australia-ini-mau-tutup-300-toko