“Saya sangat sedih. Toko itulah yang menjadi favorit saya sehari-harinya,” ujar Hannah, sebagaimana dilansir Scunthorpe Telegraph, Minggu (19/11/2017).
“Saya menjadi tak yakin atas masa depan pusat perbelanjaan di kota ini. Kami telah kehilangan banyak toko karena tutup,” sambung dia.
Kesedihan Hannah merupakan gambaran kecil kehilangan warga Scunthorpe terhadap peritel yang telah beroperasi di kota itu sejak Maret 2003.
Gulung tikarnya H&M seakan mengonfirmasi lesunya bisnis ritel di negeri "Big Ben" itu. Menurut British Retail Consortium, penjualan dalam toko non-makanan turun sebesar 2,9 persen dalam tiga bulan sampai Oktober lalu atau melorot 2,1 persen dibandingkan tahun lalu.
Cuaca yang relatif hangat dipandang menjadi sebuah alasan mengapa konsumen menahan koceknya untuk mendapatkan pakaian baru.
Dalam pernyataan resminya kepada publik, H&M menyebutkan bahwa penutupan toko di Scunthorpe itu disebabkan perubahan lanskap ritel dewasa ini.
"Kami selalu ingin menawarkan pengalaman belanja terbaik kepada pelanggan. Hanya saja, karena keterbatasan ruang dan masalah lainnya, hal itu tak dapat tercapai pada toko kami di Scunthorpe,” ujar juru bicara H&M.
Selain itu, dalam pernyataannya, H&M juga senantiasa menginginkan gerai yang beroperasi berada di lokasi yang prospektif untuk memastikan pertumbuhan bisnis dapat terwujud.
"Karyawan selalu menjadi prioritas kami dan semua staf ditawari peluang untuk pindah ke toko-toko sekitarnya dengan mayoritas mengambil posisi lain di internal perusahaan kami,” demikian pernyataan resmi H&M.
https://properti.kompas.com/read/2017/11/20/153000321/14-tahun-beroperasi-toko-hm-akhirnya-tumbang